Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Kembali ke Poros: Strategi Kesepuluh The Whole-Brain Child

Dalam roda kesadaran yang diusulkan oleh Daniel J. Seligman, M.D. dan Tina Payne Bryson, Ph.D. disebutkan bahwa poros dari roda tersebut adalah konsep diri sang anak. Dari poros tersebut muncul “jeruji roda” yang terhubung ke emosi-emosi anak. Emosi yang beragam itu melingkupi konsep diri sehingga terkadang menutupi porosnya. Oleh karena itu strategi selanjutnya yang ditawarkan kedua penulis dalam buku The Whole-Brain Child adalah kembali ke poros.

Kembali ke poros berarti mengajak anak untuk menyadari siapa dirinya. Saat mengalami sensasi tertentu, anak diajak untuk fokus pada poros dirinya ketimbang tenggelam dalam sensasi yang muncul dan berujung pada emosi. Tentu ini tidak mudah bagi anak-anak yang otak bagian atasnya sedang mengalami perkembangan. Tetapi dengan latihan yang konsisten maka anak akan memiliki skil yang diharapkan dalam mengelola emosi saat mereka dewasa nanti.

Lanjutkan membaca “Kembali ke Poros: Strategi Kesepuluh The Whole-Brain Child”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Mengantar Nenek ke Tempat Peristirahatan Terakhir

Saya beruntung karena sebagai cucu yang letak geografisnya paling jauh, begitu mendapatkan kabar nenek meninggal, adik saya bergerak cepat mencarikan tiket. Pembelian tiket yang mendadak tentu berdampak pada jumlah tiket yang tersedia. Hanya 1 tiket. Maka saya menempuh perjalanan Jogja-Garut seorang diri.

Begitu sampai di rumah nenek, saya berbincang dengan paman saya yang pertama. Perbincangan itu pada intinya adalah sebuah amanat, sebagai keluarga yang ditinggalkan, kami sudah selayaknya “melanjutkan kebaikan yang pernah dilakukan, menambahkan apa yang masih kurang, dan meninggalkan apa yang tidak baik” dari almarhumah.

Lanjutkan membaca “Mengantar Nenek ke Tempat Peristirahatan Terakhir”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#19]: Lelaki yang Menghormati Perasaan Lelaki Saingannya

Selepas jam pelajaran sambil menunggu waktu adzan ashar, anak laki-laki itu menghampiri meja saya sambil tersenyum malu-malu. Tanpa aba-aba dia langsung memberi kabar mengejutkan kepada saya.

“Saya sepertinya sudah mulai menyukai lawan jenis, Pak.”

Antara terkejut dan gemas, saya menerka siapa perempuan yang dia sukai. Dia menyangkal nama itu karena nama tersebut sering memblokir pesannya dan lebih menyukai teman dekatnya dibanding dia. 

“Teman sekelas?” tanya saya menelisik lebih jauh setelah terkaan pertama salah.

Dia mengangguk. Karena hanya ada 6 perempuan di kelas saya, sementara nama satu anak telah dia sangkal tadi, berarti tinggal 5 nama tersisa. Sambil mengulur waktu menerka, saya mengajukan pertanyaan padanya.

“Bagaimana cara agar kamu bisa mengendalikan perasaanmu supaya tidak melanggar peraturan di sini?”

 “Ya dengan cara menjadi perantara Mas [kakak kelas yang menyukai perempuan di kelas kami].”

Nah, sebelum saya menerka, ternyata dia menyebutkan nama seorang kakak kelas yang menyukai anak perempuan di kelas saya. Jadilah saya tahu nama perempuan yang disukai anak itu. 

“Apa yang membuat kamu suka sama dia?” Saya lanjut bertanya.

“Ya karena dia cantik. Selain itu, dia tidak seperti perempuan lainnya. Saya kira semua perempuan sama. Suka membawa dampak negatif. Tapi ternyata dia tidak.”

Menarik, batin saya. Di usianya yang sekecil itu dia sudah menyadari dampak buruk dari menyukai lawan jenis. Selain karena faktor yang diakuinya sendiri bahwa dirinya tidak disukai perempuan karena tidak ganteng, faktor “membawa dampak buruk” mungkin menjadi pertimbangannya untuk tidak menyukai lawan jenis. Tapi semua itu berubah karena seorang perempuan.

Bukan hanya seorang, tapi ternyata dua! 

Karena tidak lama kemudian dia mengakui ada anak perempuan di kelas sebelah yang juga dia taksir. 

“Sebenarnya saya juga suka [nama anak perempuan kelas sebelah]. Tapi kan [nama anak laki-laki kelas sebelah yang sekelas dengan perempuan tersebut] juga suka sama dia. Jadi saya tidak mau menyakiti perasaan [nama anak laki-laki kelas sebelah yang sekelas dengan perempuan tersebut].”

Ah, anak ini. Rupa-rupanya dia memang sudah sangat dewasa. Di usianya yang sekecil itu, yang lazimnya masih menganggap urusan cinta mencintai sebagai sebuah permainan belaka, rupanya dia sudah memikirkan itu secara mendalam. Bagi saya, tidak mau menyakiti perasaan laki-laki lain yang menyukai perempuan yang sama dengannya adalah pencapaian tertinggi rasa cinta seorang laki-laki terhadap perempuan. 

Karena waktu adzan ashar sudah tiba, saya memberikan arahan singkat padanya. “Ingat, kamu boleh suka sama perempuan. Tapi karena di sini ada aturan, jangan sampai kamu melanggar peraturan.”

Dia mengangguk mantap. “Iya, Pak. Saya sama dia [anak perempuan sekelas yang dia sukai] hanya sebatas saling support dan saling memberi semangat.”

Ya, begitulah indahnya kisah cinta anak remaja.

Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Rute Pulang yang Tidak Biasa: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Sore ini, saat menjemput Bintang di sekolah, dia meminta saya untuk melalui jalan “yang mau lewat lapangang”. Karena bingung, saya meminta Bintang untuk menunjukkan jalan. Dia menunjukkan jalan ke arah selatan menuju SDN Tuguran, lalu belok ke kanan menuju Ring Road Barat, lalu berbelok ke kiri menyusuri Ring Road Barat. Awalnya saya mengira Bintang ingin melewati Lapang Nogotirto yang terletak tidak jauh dari sekolahnya. Ternyata dia meminta aku untuk terus lurus ke selatan menyusuri Ring Road.

Karena beberapa kali bertanya ke arah mana, Bintang sempat protes. “Masa papa lupa, sih, jalannya?” Aku terkekeh, lalu memberitahu dia bahwa pertanyaanku bukan karena lupa jalan melainkan ingin mengonfirmasi ke arah mana jalan yang ingin dia lewati pulang sekolah kali ini. Karena permintaan mendadak ini menurut saya sangat tidak biasa. 

Mendekati perempatan Demak Ijo, saya kembali mengonfirmasi ke mana arah yang ingin dituju Bintang. Rupanya dia ingin berbelok ke kanan menuju Jalan Godean luar Ring Road. Untungnya saat itu lampu merah sedang menyala sehingga saya leluasa membelokkan motor menuju ke arah kanan. 

Setelah motor kembali melaju dan mendekati perempatan Candran, saya kembali mengonfirmasi kepada Bintang jalur mana yang ingin dia pilih. Apakah lurus kemudian berbelok di perempatan Sidomoyo? Atau langsung berbelok di perempatan Candran. Dia memilih berbelok ke kanan menuju Candran. Saat itulah saya mulai menebak jalan pikiran Bintang.

“Oh, kamu ingin lewat Salam Salim?”

Sambil malu-malu dia menjawab iya. 

Kabar Bahagia dari Salam Salim

Sejak berbelok di perempatan Candran, obrolan kami mulai terarah ke Salam Salim. Tempat Bintang pernah bermain dan belajar selama hampir 4 tahun. Terhitung sejak September 2019 saat usianya baru 2 tahun 2 bulan, hingga Juni 2023 menjelang usianya 6 tahun. Di sana lah Bintang bermain, belajar, mengenal berbagai macam hal, juga beberapa fasilitator pendamping. Yang berkesan buat Bintang di satu tahun terakhir proses belajarnya di Salam Salim adalah Kak Aisy.

Karena Bintang sengaja meminta melewati jalur itu untuk melewati Salam Salim, maka saat mendekati gang menuju Salam Salim saya kembali mengonfirmasi. “Mau lewat Salam Salim?” Dia mengangguk.Saya pun membelokkan motor ke gang itu. Lalu dari kejauhan melihat Bunda Laely (pemilik Salam Salim) beserta satu orang perempuan dan satu anak kecil baru keluar dari gerbang Salam Salim. Kami pun saling bertegur sapa, berbincang sebentar. Bunda Laely bahkan menawarkan kepada Bintang untuk ikut mabit hari jumat nanti. Salah satu proses belajar yang pernah Bintang lalui di sana saat Ramadhan tahun kemarin.

Saat itulah meluncur kabar dari Bunda Laely bahwa Kak Aisy sekarang sudah pulang. Pulang dalam arti boyong menuju kampung halamannya di Wonogiri. Pulang karena sudah bertemu dengan jodohnya dan akan segera melangsungkan pernikahan. Sebagai orang tua yang anaknya pernah didampingi, tentu saya berharap kepulangan Kak Aisy untuk membangun rumah tangga itu senantiasa mendapat limpahan rahmat dari Allah SWT. Saya selalu percaya: tidak ada hal lain yang dibutuhkan manusia di dunia ini selain Rahman Rahim Allah SWT.   

Dan saya merasa beruntung Bintang mengajak pulang dengan rute tidak biasa sore ini, karena kabar itu membawa kebahagiaan tersendiri untuk saya.

Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Memperhatikan SIFT: Strategi Kesembilan The Whole-Brain Child

Untuk mengembangkan kemampuan anak dalam mengorientasikan apa yang terjadi dalam lingkar Roda Kesadaran mereka, Daniel J. Siegel, M.D dan Tina Payne Bryson dalam buku mereka yang berjudul The Whole-Brain Child: 12 Strategi Revolusioner mendukung Perkembangan Otak Anak, mengajukan sebuah gagasan. Gagasan ini disingkat dengan SIFT.

Yang pertama adalah Sensation (sensasi). Sebagaimana kita ketahui bersama, emosi dan tubuh saling mempengaruhi. Saat muncul emosi tertentu, tubuh akan merasakan sensasinya. Misalnya, sensasi seperti ada kupu-kupu terbang di dalam perut saat sedang cemas. Atau, pundak yang terasa berat saat dilanda kesedihan. Dengan menyadari sensasi yang terjadi pada tubuh saat mengalami emosi tertentu, anak akan lebih mudah untuk mengenali emosi yang sedang mereka rasakan. Dengan demikian, anak akan lebih sadar tentang kondisi emosi mereka dan punya peluang lebih besar untuk mengelola emosinya.

Lanjutkan membaca “Memperhatikan SIFT: Strategi Kesembilan The Whole-Brain Child”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Perasaan Datang dan Pergi: Strategi Kedelapan The Whole-Brain Child

Di dalam buku The Whole-Brain Child: 12 Strategi Revolusioner Mendukung Perkembangan Otak Anak, Daniel J. Siegel, M.D. dan Tina Payne Bryson, Ph.D., mengenalkan secara singkat konsep Mindsight dan Roda Kesadaran. Mindsight merupakan konsep tentang kesadaran terhadap pikiran sendiri dan pikiran orang lain. sedangkan Roda Kesadaran adalah roda yang menggambarkan emosi-emosi yang melingkupi pusat kesadaran kita.

Dengan kesadaran akan pikiran kita sendiri yang diiringi kemampuan mengidentifikasi berbagai perasaan yang melingkupi kesadaran itu, orang tua diharapkan dapat memandu anak untuk dapat memilih perasaan mana yang akan menjadi pusat perhatian dari kesadaran. Misalnya, ketika seorang anak menggambar Roda Kesadaran dengan 5 perasaan yang melingkupi (gugup, cemas, takut, antusias, penasaran) maka orang tua bisa memandu anak untuk memilih satu perasaan yang ingin diperhatikan. Alih-alih fokus pada gugup dan cemas, anak bisa memilih antusias sebagai perasaan utama yang ingin dia tunjukkan.

Lanjutkan membaca “Perasaan Datang dan Pergi: Strategi Kedelapan The Whole-Brain Child”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#18]: Belum Tahu di Mana Batasnya

Siang itu saya bertanya pada salah satu anggota kelas tentang dinamika pertemanan di dalam kelas. Dia lalu bercerita tentang seorang teman sekelas yang tidak disukai beberapa teman karena sering bercanda melalui kata-kata yang menyakitkan. Dia menjadi perantara pesan dari beberapa teman tersebut kepada teman sekelasnya. 

“Lalu bagaimana tanggapan dia?” tanya saya penasaran. 

Dia menjelaskan bahwa sang teman sekelas itu membela diri dengan alasan apa yang dilakukannya adalah bercanda. Tidak ada sama sekali niat menyakiti teman yang lain. Yang menjadi permasalahan adalah, anak tersebut belum memahami sepenuhnya mana yang masuk kategori bercanda dan mana yang berpotensi menyakiti perasaan orang lain.

Memang benar bahwa apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain berada di luar kendali kita. Yang dapat kita kendalikan adalah respon kita terhadap perkataan atau perbuatan tersebut. Akan tetapi penting untuk menjadi bahan evaluasi: jika yang tersakiti lebih banyak daripada yang tidak tersakiti, maka sudah waktunya bagi kita untuk refleksi.

Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Daftar Keinginan Bintang di Kelas 1 SD: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Pulang sekolah dengan suasana hati gembira Bintang meminta saya untuk membuka buku catatan berwarna merah. Mamanya yang sudah terlebih dahulu diceritakan, memberikan bocoran bahwa apa yang ditulis di buku catatan berwarna merah itu adalah daftar keinginan Bintang. Untuk memenuhi permintaan Bintang sekaligus membayar rasa penasaran, saya pun mengambil buku catatan dari tas sekolahnya.

Di halaman yang dimaksud saya menemukan tulisan rapi khas anak kelas 1 SD yang belum genap berusia 7 tahun itu. Menggemaskan membaca bagaimana seorang anak kecil, dengan berbagai informasi dan interaksi yang didapatkannya selama ini, menuliskan berbagai macam keinginan. Yang mengharukan adalah daftar keinginan yang ditulisnya tidak mencerminkan daftar keinginan anak kelas 1 SD pada umumnya. Jika rata-rata anak kelas 1 SD mungkin memikirkan mainan atau jajanan, dia menuliskan beberapa keinginan yang membuat kami sebagai orang tua terharu.

Berikut daftar keinginan yang dituliskan Bintang:

  1. Ingin rumah tingkat 2
  2. Ingin mobil Pajero Sport
  3. Ingin pergi ke Palsetina soalnya pengen ke Masjid Aqsa
  4. Mau ke Sumatera soalnya itu masa kecilku
  5. Mau punya mobil kontrol biar aku bisa main di luar

Sedikit Konteks

Keinginan rumah tingkat 2 menurut perkiraan saya muncul karena rumah neneknya di garut dan rumah mbahnya di Temanggung sama-sama rumah 2 lantai. Keinginan punya rumah ini juga tidak terlepas dari pemahaman dia tentang status rumah yang kami tempati. Tempo hari kami pernah menceritakan kepadanya bahwa rumah yang kami tempati adalah rumah kontrakan, yaitu rumah milik orang lain yang ditempati dengan cara membayar biaya tertentu.  

Mobil Pajero Sport sebenarnya adalah keinginan mamanya. Sewaktu tinggal di Lampung Timur dulu, di daerah yang notabene adalah pesisir yang jauh dari pusat kota, kami acap kali melihat mobil Pajero Sport dan Fortuner berseliweran. Kedua mobil satu tipe beda pabrikan itu menjadi simbol kesuksesan bagi warga di sana. Hal itu membekas dalam benak Mama Bintang dan sekarang diwariskan kepada Bintang. 

Konflik Israel-Palestina yang memanas sejak serangan 7 Oktober 2023 membuat Bintang mengenal negara Palestina. Dari berbagai video youtube yang dia tonton, dia jadi tahu bahwa Palestina adalah tanah para nabi, di sana terdapat sebuah masjid yang pernah menjadi kiblat umat islam, dan karenanya dia ingin berkunjung ke sana. 

Sebenarnya Bintang meninggalkan Sumatera, lebih tepatnya Lampung Timur, di usianya yang baru menginjak 23 bulan. Saat itu rejeki menuntun kami pindah domisili ke Sleman, DIY. Di usia seperti itu pastinya dia belum punya ingatan apapun tentang tempat tinggalnya. Yang tersisa dari kenangannya di sana adalah boneka gajah yang dibelikan mamanya saat berusia 15 bulan. Boneka gajah yang tak pernah lepas dari pelukannya. Bahkan sampai sekarang, setelah menginjak kelas 1 SD, boneka gajah itu tetap menemani dia tidur dan berangkat sekolah.

Apa yang Bintang tahu tentang Sumatera hanyalah ingatan kami yang kami ceritakan padanya, termasuk ingatan tentang bus Rosalia Indah yang menginspirasi dia untuk menamai adiknya nanti. Meskipun dia tidak mengingat apapun tentang tempat tinggalnya selama hampir 2 tahun itu, suatu hari nanti saya berharap bisa membawa Bintang ke sana untuk sekedar nostalgia. Tak peduli tempat itu mungkin sudah berubah banyak. Tapi bagi saya, dia tetap perlu mengetahui untuk sekedar memaknai perjalanan hidupnya.

Adapun mobil remote control, saya tidak tahu persis dari mana dia mendapatkan ide itu. Mungkin dari salah satu video youtube yang ditontonnya. 

Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Sejenak Menangis Sebelum Melanjutkan Hidup: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Pagi ini hujan deras turun sejak sebelum subuh. Salah satu dampak yang paling terasa adalah hawa kantuk yang kembali melanda. Apa daya, selepas shalat subuh, saya tergoda untuk kembali menarik selimut. Mengabaikan fakta bahwa hari ini adalah hari aktif bekerja. 

Hujan masih lumayan deras saat saya terbangun 20 menit selepas pukul 6 pagi. Di sofa Bintang sudah duduk dan menagih sarapan pagi. Karena hawa yang tak mendukung, saya sedikit berleha-leha. Akibatnya, saya dan Bintang baru meluncur dari rumah pada jam yang sama seharusnya dia masuk kelas. Dengan kata lain: kami sudah sangat terlambat.

Lanjutkan membaca “Sejenak Menangis Sebelum Melanjutkan Hidup: Nuansa Hidup Nuansa Bintang”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Kegiatan Mengenang sebagai Kegiatan Keseharian: Strategi Ketujuh The Whole-Brain Child

Selain untuk mengintegrasikan memori implisit dan eksplisit, mengenang kembali kejadian yang telah berlalu dapat dijadikan kegiatan sehari-hari. Itulah yang disarankan oleh Daniel J. Siegel, M.D. dan Tina Payne Bryson dalam buku mereka yang berjudul The Whole-Brain Child: 12 Strategi Revolusioner Mendukung Perkembangan Otak Anak. Mereka mempersamakan memori dengan otot: semakin sering dilatih maka akan semakin kuat.

Oleh karena itu keduanya menyarankan agar para orang tua sering-sering mengingat untuk mengingat. Artinya, sesering mungkin mengingatkan diri agar mengenang kembali kejadian-kejadian yang telah berlalu. Menceritakan kembali kenangan yang sudah berlalu dalam konteks masa kini yang sudah berbeda membuat anak memaknai kembali apa yang pernah mereka alami. Pemaknaan baru ini tentunya dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap diri mereka sendiri, yang berdampak pada kemampuan otak atas untuk mengontrol otak bawah. Berikut beberapa cara praktis yang ditawarkan kedua penulis.

Mengajukan Pertanyaan

Pertanyaan yang diajukan tidak harus hal yang rumit. Cukup pertanyaan sederhana yang fokus pada detail kejadian sehari-hari. Misalnya, siapa saja teman sekelas kamu yang sudah datang saat kamu tiba di kelas? Atau detail lain seperti, saat giliran membaca cerita, siapa yang paling tertarik dengan cerita kamu?Mengingat fakta dan informasi yang detail meskipun sepele bisa membantu anak untuk mengembangkan kemampuan mengingat kejadian. Selain itu, satu fakta kecil yang diingat dalam satu hari tersebut bisa saja mengarah pada fakta-fakta lain yang awalnya tidak diperhatikan.

Jurnalling

Untuk anak-anak yang sudah beranjak remaja, orang tua bisa mendorong anak-anak menulis jurnal. Menulis jurnal bagi anak remaja lebih disarankan saat mereka merasa ragu atau belum mau terbuka sepenuhnya kepada orang tua. Dengan jurnal ini anak bisa sepenuhnya terbuka tanpa merasa takut atau malu.

Permainan Kreatif

Saat kita menemukan kesulitan memancing anak bercerita, kita bisa menggunakan berbagai macam permainan kreatif sebagai salah satu sarana. Misalnya, bermain gunting-batu-kertas dengan ketentuan yang kalah harus menyebutkan 3 hal paling menarik yang terjadi di hari tersebut. Atau bermain tebak-tebakan dan yang kalah diminta menceritakan kesulitan yang dihadapi di hari tersebut. Ada banyak alternatif permainan lain yang bisa dipadukan untuk membuat kegiatan bercerita lebih menyenangkan.

Sebagai orang tua, kita dituntut untuk sedikit lebih kreatif.

Album Kenangan

Untuk event-event spesifik yang sekiranya layak untuk dikenang, membuat album foto atau video bisa menjadi alat yang bagus dalam mengenang memori. Misalnya, hari pertama sekolah, hari pertama berangkat sendiri ke sekolah, hari pertama ekskul, hari pertama mengikuti kompetisi, hari menjadi juara di sebuah kompetisi dan lain-lain. Album video dan foto bisa tersimpan lebih rapi dan dapat kita buka sewaktu-waktu saat kita membutuhkan.

Kadang yang dibutuhkan hanyalah percikan kecil kenangan. Dan kita bisa memahami diri kita lebih baik lagi.

Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Pertanyaan Hipotetik Menolak Ajakan Merokok

Saat menyusun soal Penilaian Akhir Semester untuk kelas 8, saya tertarik untuk mengubah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada murid. Format pertanyaan saya buat dalam bentuk jawaban uraian. Sedangkan konten pertanyaan dibuat sedemikian rupa agar murid tidak langsung bisa menjawab hanya dengan mengandalkan informasi yang pernah mereka dapatkan dalam pembelajaran.

Misalnya, ketika membahas organ pernapasan manusia, terdapat informasi tentang pita suara. Informasi tersebut menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki pita suara yang berbeda-beda dalam panjang, lebar, dan tebalnya. Faktor inilah yang menyebabkan manusia memiliki suara yang khas, berbeda satu sama lain. Akan tetapi, ada orang-orang yang bisa meniru suara orang lain. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Lanjutkan membaca “Pertanyaan Hipotetik Menolak Ajakan Merokok”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Celengan Bintang Kebaikan: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Beberapa waktu yang lalu guru kelas Nuansa Bintang memberi info bahwa setiap anak harus membawa botol minum kemasan ukuran 600 ml. Dalam pemberitahuan tersebut dijelaskan bahwa botol minum tersebut akan digunakan untuk membuat Celengan Bintang Kebaikan.

Konsep sederhana di balik program Celengan Bintang Kebaikan adalah setiap satu kebaikan yang dilakukan anak akan mendapatkan satu bintang yang dimasukkan ke dalam celengan. Beberapa kebaikan yang bisa dilakukan di rumah misalnya mandi sendiri, makan sendiri, bangun tidur tepat waktu, mengerjakan pendalaman materi, dan seterusnya. Beberapa kebaikan di sekolah misalnya tidak datang terlambat, menjalankan tugas piket, taat aturan, dan seterusnya. Kebaikan yang dilakukan di sekolah dan di rumah seperti shalat wajib 5 waktu dan tikror hafalan.

Siapapun yang berkecimpung di dunia pendidikan tentu pernah melakukan konsep seperti ini. Menggunakan motivasi eksternal berupa hadiah atau apresiasi untuk meningkatkan kemauan anak dalam melakukan sesuatu. Memang, idealnya motivasi anak dalam melakukan sesuatu harus berasal dari dalam dirinya sendiri, bukan atas iming-iming dari orang lain. Kita sebut motivasi ini sebagai motivasi internal.

Lanjutkan membaca “Celengan Bintang Kebaikan: Nuansa Hidup Nuansa Bintang”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Memutar Memori: Strategi Keenam The Whole-Brain Child

Salah satu fungsi otak adalah untuk menyimpan memori. Memori yang tersimpan di otak kita sewaktu-waktu bisa muncul kembali, baik secara sadar maupun tidak sadar. Misalnya, secara sadar kita mencoba mengingat rumus fisika untuk menyelesaikan permasalahan Hukum Kedua Newton. Sedangkan secara tidak sadar kita sebenarnya sedang menggunakan memori kita ketika mengayuh sepeda tanpa jatuh. Cara mengambil memori secara sadar disebut memori eksplisit, sedangkan cara mengambil memori tanpa sadar disebut memori implisit.

Contoh yang lebih relevan: ketika kita mengingat bagaimana pertama kali mengganti popok, itu berarti kita sedang mengakses memori eksplisit; ketika kita mengganti popok bayi tanpa perlu mengingat bagaimana caranya mengganti popok bayi, berarti kita sedang mengakses memori implisit.

Lanjutkan membaca “Memutar Memori: Strategi Keenam The Whole-Brain Child”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Menggerakkan Tubuh untuk Mengurangi Emosi: Strategi Kelima The Whole-Brain Child

Kita tentu sudah tidak asing dengan ungkapan dari Romawi Kuno ini: men sana in corpore sano. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Ungkapan itu mulai terbukti dengan berbagai riset yang menunjukkan hubungan antara gerak tubuh dan kesehatan mental.

Gerak tubuh mempengaruhi zat kimiawi di otak. Itulah mengapa orang yang berolahraga merasakan sensasi segar bukan hanya di tubuhnya tapi juga di perasaannya. Menurut Daniel J. Siegel, M.D. dan Tina Payne Bryson dalam buku berjudul The Whole-Brain Child: 12 Strategi Revolusioner Mendukung Perkembangan Otak Anak, cara yang bisa ditempuh orang tua untuk membantu anak mengembalikan keseimbangan emosional “adalah dengan memintanya menggerakkan tubuhnya”.

Gerakan fisik sederhana selama beberapa menit dapat mengubah kondisi emosional anak. Misalnya mengajak anak berjalan santai mengelilingi kompleks, mengajak anak menari mengikuti irama lagu tertentu, atau sekedar berpura-pura tersenyum selama beberapa menit, ternyata bisa memberikan dampak yang positif. Hal ini disebabkan “ketika kita mengubah kondisi fisik kita, maka kita mengubah emosi kita”.

Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Melatih Otak Atas: Strategi Keempat The Whole-Brain Child

Sama halnya dengan otot yang semakin kuat jika sering dilatih, kemampuan otak atas mengontrol otak bawah juga akan meningkat ketika anak diberi banyak kesempatan untuk melatihnya. Otak atas yang kuat akan mampu menyeimbangkan otak bawah yang primitif sehingga keduanya terintegrasi dengan baik. Hal inilah yang menjadi fondasi bagi kesehatan mental anak.

Sebagai orang tua, kita bisa membantu anak melatih otak atas anak dalam berbagai situasi dan kondisi. Ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan. Di dalam buku The Whole-Brain Child: 12 Strategi Revolusioner Mendukung Perkembangan Otak Anak, penulis Daniel J. Siege, M.D.l dan Tina Payne Bryson, Ph. D. menawarkan beberapa cara.

Berikut di antaranya:

Lanjutkan membaca “Melatih Otak Atas: Strategi Keempat The Whole-Brain Child”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Upaya Bintang untuk Berani Menjelajah: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Karena kulit kering di kakinya semakin parah, Mama Bintang memutuskan untuk mendatangi dokter kulit. Kebetulan lokasi sekolah Bintang bersebelahan dengan sebuah rumah sakit. Di rumah sakit tersebut baik Mama Bintang maupun Bintang pernah beberapa kali periksa, sehingga proses pendaftaran bisa dilakukan lewat situs pendaftaran online.

Jadwal dokter yang dituju kebetulan berbarengan dengan jadwal Bintang ekskul English Club. Jadi sekitar pukul 15.00 ketika jadwal sekolah Bintang selesai, kami mendatanginya. Sambil menunggu waktu ekskul English Club dimulai, kami duduk bertiga di selasar kelas sambil mengobrol. Salah satu hal yang kami bicarakan adalah mama akan periksa ke dokter di rumah sakit sebelah.

Lanjutkan membaca “Upaya Bintang untuk Berani Menjelajah: Nuansa Hidup Nuansa Bintang”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Penambahan Kosakata: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Meskipun tidak setiap hari, saya mengamati kosakata Bintang semakin bertambah. Harus saya akui, hal ini tidak terlepas dari aktivitas menonton youtube yang sering dilakukan Bintang. Selain itu, beberapa kosakata juga diperoleh dari interaksinya dengan teman-temannya di sekolah.

Setidaknya selama beberapa hari terakhir ini dia menanyakan beberapa kosakata kepada kami. Sebagai orang tua yang mencoba memfasilitasi anak, kami juga ikut berpikir bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan Bintang tentang kosakata tersebut.

Lanjutkan membaca “Penambahan Kosakata: Nuansa Hidup Nuansa Bintang”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Membujuk: Strategi Ketiga The Whole-Brain Child

Selain pembagian antara otak kanan dan otak kiri, para ilmuwan juga membagi otak menjadi otak bawah dan otak atas. Otak bawah merupakan bagian otak yang terdiri dari batang otak dan area limbik. Lokasinya mulai dari puncak leher sampai tulang atas hidung. Sedangkan otak atas merupakan korteks seberal yang melingkupi seluruh bagian atas kepala.

Otak bawah yang bersifat primitif kadang disebut juga otak reptil karena fungsinya semua berhubungan hal-hal primitif yang mendasar, seperti bernapas, mengedipkan mata, naluri, impuls, dan emosi-emosi kuat seperti rasa marah dan takut. Sehingga bisa disimpulkan bahwa “kemarahan anak muncul dari otak bagian bawah”.

Lanjutkan membaca “Membujuk: Strategi Ketiga The Whole-Brain Child”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Bercerita untuk Mengelola Emosi: Strategi Kedua The Whole-Brain Child

Dalam buku mereka yang berjudul The Whole-Brain Child: 12 Strategi Revolusioner Mendukung Perkembangan Otak Anak, Daniel J. Siegel, M.D. dan Tina Payne Bryson, Ph.D menawarkan 12 strategi revolusioner untuk membantu orang tua mengelola emosi anak menggunakan pendekatan otak. Setiap strategi memiliki langkah-langkah tertentu yang bisa dipraktekkan oleh orang tua.

Sama seperti strategi parenting lainnya, apa yang ditawarkan oleh kedua penulis dalam bukunya bukanlah strategi yang ampuh untuk setiap situasi. Orang tua diharapkan tetap melakukan improvisasi dalam setiap strategi dan langkah pengasuhan yang ditawarkan. Karena kondisi setiap orang tua, setiap anak, setiap permasalahan yang dihadapi, pastinya beragam. Prinsipnya sama, tetapi detail pelaksanaan tetap harus sesuai konteks.

Lanjutkan membaca “Bercerita untuk Mengelola Emosi: Strategi Kedua The Whole-Brain Child”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Menyambung dan Mengarahkan: Strategi Pertama The Whole-Brain Child

Dalam buku mereka yang berjudul The Whole-Brain Child: 12 Strategi Revolusioner Mendukung Perkembangan Otak Anak, Daniel J. Siegel, M.D. dan Tina Payne Bryson, Ph.D menawarkan 12 strategi revolusioner untuk membantu orang tua mengelola emosi anak menggunakan pendekatan otak. Setiap strategi memiliki langkah-langkah tertentu yang bisa dipraktekkan oleh orang tua.

Sama seperti strategi parenting lainnya, apa yang ditawarkan oleh kedua penulis dalam bukunya bukanlah strategi yang ampuh untuk setiap situasi. Orang tua diharapkan tetap melakukan improvisasi dalam setiap strategi dan langkah pengasuhan yang ditawarkan. Karena kondisi setiap orang tua, setiap anak, setiap permasalahan yang dihadapi, pastinya beragam. Prinsipnya sama, tetapi detail pelaksanaan tetap harus sesuai konteks.

Lanjutkan membaca “Menyambung dan Mengarahkan: Strategi Pertama The Whole-Brain Child”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#17]: Menggunakan Tameng Kepribadian

Salah seorang murid berkeluh kesah pada saya tentang temannya yang sudah diberi saran dan dinasehati berkali-kali tapi tidak mempan. Yang membuat dia kesal adalah temannya itu berlindung di balik “tameng kepribadian” untuk membenarkan sikapnya yang tidak mau berubah. Setiap kali diberi saran atau nasihat, temannya itu selalu berdalih “Aku tuh orangnya emang begini”.

Saya lantas bertanya padanya, “Apakah saat bercerita itu teman kamu meminta saran kepadamu?”

Lanjutkan membaca “Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#17]: Menggunakan Tameng Kepribadian”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Kesulitan Merumuskan Target Pencapaian: Program Jajar-Wajar-Kejar

Hari pertama pembelajaran IPA kelas 8 di semester genap. Sesuai dengan yang saya rencanakan, saya mencoba menerapkan program Jajar-Wajar-Kejar. Awalnya saya antusias bahwa program ini bisa meningkatkan komitmen para murid dalam melakukan pembelajaran. Sayangnya antusiasme itu sedikit melemah di hari pertama.

Saya meyakini karena ini adalah percobaan pertama maka segala sesuatunya belum berjalan sesuai rencana. Seperti yang pernah dituliskan Simon Sinek: tetaplah ingat bahwa tidak ada rencana yang berjalan sepenuhnya sesuai dengan rencana. Dengan kata lain, sejak awal seharusnya saya mengantisipasi kemungkinan melesetnya rencana ini.

Dalam konteks program ini, setidaknya ada dua hal yang membuat rencana ini tidak sesuai dengan rencana awal.

Lanjutkan membaca “Kesulitan Merumuskan Target Pencapaian: Program Jajar-Wajar-Kejar”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Keahlian Membujuk Nuansa Bintang: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Beberapa hari menjelang liburan usai, Bintang melakukan kepada kami apa yang biasa kami lakukan kepadanya: menyampaikan gagasan jauh-jauh hari. Jika kami ada keperluan besar dengan Bintang, seperti liburan atau acara penting, jauh-jauh hari kami sudah menyampaikan hal tersebut. Setiap hari sampai hari H. Kali ini situasinya berbalik.

Selama beberapa hari menjelang liburan Bintang selalu bilang, “aku ngga suka hari senin, soalnya harus upacara dulu, olahraga, sorenya les”. Kalimat itu disampaikan berkali-kali hampir setiap hari. Sebagai orang tua kami tentu tidak langsung mengiyakan pernyataan tersebut. Meskipun kami merasa gemas, kami tahu itu adalah ekspresi kelelahan sesaat.

Ternyata pada hari yang sudah ditentukan, dia sudah mengambil keputusan bulat. Saat dijemput mamanya, dia bahkan sudah berlari jauh sebelum mamanya tiba di gerbang sekolah. Dia menghadang mamanya, lalu bilang: “mama ekskulnya senin depan aja, ya? Ini udah mau hujan.”

Mendengar cerita menggemaskan itu saya hanya tertawa. Tentu tidak ada hubungannya antara “mulai hujan” dengan ekskul yang diikuti Bintang yang dilaksanakan di dalam kelas. Namun, begitulah anak itu: kemampuannya membujuk sudah mulai tumbuh sebagaimana kami sering membujuknya.

Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#16]: Remaja yang Sudah Memikirkan Rumah Tangga

Seorang murid laki-laki kelas 7 saya panggil untuk berdiskusi dengan beberapa murid perempuan kelas 8. Kepada para murid perempuan kelas 8 itu saya tanyakan apa yang pernah ditanyakan kepada si murid laki-laki kelas 7.

“Sebagai perempuan, menurut kalian kenapa remaja perempuan lebih suka laki-laki yang ganteng?”

Sontak mereka semua menyanggah. Ada seorang yang menyampaikan pendapat bahwa kriterianya bukan ganteng, tapi “soleh, rajin belajar”. Ada juga yang menyampaikan kriterianya “yang penting laki-lakinya sayang”. Sanggahan lain yang muncul adalah “Si A ganteng tapi aku ngga suka, tuh”. Dan beragam tanggapan lainnya.

Salah satu murid perempuan kemudian bertanya pada si murid laki-laki. “Kamu lagi suka siapa?”

Dengan wajah malu-malu dia menjawab bahwa dengan wajahnya yang tidak menarik itu tidak mungkin ada yang menyukainya. Si penanya sewot, lalu menuturkan sebuah nasihat.

“Setiap orang itu punya kelebihan. Orang yang sayang sama kamu pasti melihat ada kelebihan dalam diri kamu. Jadi kamu harus percaya diri.”

Yang menarik adalah, ketika murid perempuan lain ada yang bertanya “memangnya kriteria perempuan kamu yang seperti apa?”, si murid putra dengan percaya diri menjawab “perempuan yang bisa membantuku membangun rumah tangga”.

Sontak jawaban itu memancing gelak tawa dari para murid perempuan. Bagi mereka murid laki-laki kelas 7 itu masih sangat kecil tetapi sudah memikirkan rumah tangga.

Sebagai penengah saya mencoba melakukan klarifikasi. “Ini tandanya visioner. Dia tidak memikirkan pacaran sama sekali. Yang dia pikirkan adalah nanti di masa depan dia ingin punya partner hidup yang bisa sama-sama membangun rumah tangga”.

Bukankah itu hal yang bagus?

Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Membangun Komitmen Belajar Murid

Tujuan belajar merupakan salah satu faktor penting dalam pendidikan karena ke sanalah semua proses pembelajaran diarahkan. Dalam praktik pembelajaran yang saya kenal dan praktikan selama ini, tujuan pembelajaran disusun oleh berdasarkan dokumen kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementrian Pendidikan. Dalam konteks Kurikulum Merdeka yang sedang diterpkan saat ini, tujuan belajar (atau pembelajaran) diturunkan dari dokumen Capaian Pembelajaran.

Saya beruntung karena menemukan buku Merdeka Belajar di Ruang Kelas yang ditulis oleh Najelaa Shihab dan para guru di Komunitas Guru Belajar Nusantara. Buku yang diterbitkan pertama kali di tahun 2017 ini menyajikan berbagai praktik baik para guru dari komunitas tersebut dalam menerapkan merdeka belajar. Merujuk tahun terbitnya, saya jadi tahu bahwa gagasan merdeka belajar sudah diusung para guru di komunitas tersebut jauh sebelum Kurikulum Merdeka ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan.

Salah satu keberuntungan saya karena bertemu dengan buku ini adalah pemahaman baru tentang tujuan belajar murid. Di dalam buku ini saya menemukan gagasan tentang menumbuhkan komitmen belajar melalui kesepahaman tujuan belajar antara guru dan murid, serta praktik tentang bagaimana guru dapat membantu murid menentukan tujuan belajar sehingga murid bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri.

Memahami Tujuan Belajar

Najelaa Shihab sebagai salah satu penggagas Komunitas Guru Belajar Nusantara menulis beberapa tulisan singkat yang menjadi pengantar bagi kumpulan praktik baik di buku ini. Tulisan-tulisannya memberikan konteks pada banyak praktik baik yang dilakukan oleh para guru di Komunitas Guru Belajar Nusantara sebagai wujud dari merdeka belajar. Salah satu tulisannya berjudul Dimensi Praktik Merdeka Belajar.

Pendiri Sekolah Cikal tersebut menekankan pentingnya “mendefinisikan tujuan dengan jelas” karena tujuan merupakan bagian paling penting dari sebuah cita-cita. Dalam konteks pendidikan, khususnya pembelajaran di dalam kelas, tujuan yang dimaksud adalah tujuan belajar. Dalam konsep merdeka melajar, komitmen pada tujuan merupakan komponen pertama dari 3 komponen yang ada.

Kejelasan tujuan belajar menjadi semakin penting dalam konteks perkembangan murid karena dapat menghindarkan dari perbandingan yang tidak sehat. Seorang murid yang memiliki tujuan belajar yang jelas akan melihat tujuan belajarnya sendiri sebagai patokan kesuksesan belajar alih-alih membandingkan diri dengan pencapaian murid lain. Agar dapat melihat tujuan belajar dengan jelas, murid harus merumuskan tujuan belajar mereka sendiri. DIbimbing dan difasilitasi oleh guru, tujuan belajar yang disusun dengan jelas secara mandiri oleh murid diharapkan dapat menumbuhkan komitmen murid dalam menjalani proses belajarnya.

Komitmen dalam praktik merdeka belajar menurut Najelaa Shihab dapat ditumbuhkan melalui 3 hal esensial. Pertama, kemampuan memahami tujuan belajar. Murid harus paham tujuan belajarnya dengan jelas. Kedua, kemampuan memusatkan perhatian. Fokus menjadi penting karena dalam keseharian pikiran kita mudah sekali teralihkan. Fokus ini bisa dibangun dengan menetapkan tujuan harian (jangka pendek) dan tujuan jangka panjang. Ketiga, kemampuan menetapkan prioritas. Karena sudah memahami tujuan belajar yang ditunjang dengan tujuan jangka pendek dan jangka panjang, murid akan lebih mudah menetapkan prioritas. Dengan cara seperti inilah komitmen belajar murid akan lebih terbangun.

Praktik Baik Jadwal Belajar Mandiri

Sebuah tulisan hasil praktik baik dari Ameliasari Tauresia Kesuma, seorang guru ekonomi akuntansi di MAN Salatiga, menarik perhatian saya. Tulisan berjudul Merdeka Mengembangkan Motivasi Belajar itu berisi tentang praktik yang dilakukan di kelas 12. Melalui keinginannya meningkatkan motivasi belajar anak-anak, Ameliasari Tauresia Kesuma memutuskan untuk meminta muridnya “membuat jadwal apa yang ingin mereka lakukan saat pelajaran saya selama tiga minggu sebelum ujian akhir sekolah”.

Sebagai guru, Ameliasari Tauresia Kesuma memberikan berbagai pilihan belajar kepada murid-muridnya. Misalnya, belajar bersama guru sesuai dengan silabus yang sudah tersedia. Bagi yang memilih ini, guru menyediakan berbagai lembar kerja dan materi yang sesuai dengan silabus. Murid juga diberi kebebasan lain, misalnya belajar melalui artikel, belajar melalui musik, belajar melalui film, belajar pelajaran lain, bahkan melamun sekalipun tetap diperbolehkan. Tentu dengan catatan tambahan: bagi murid yang tidak belajar dengan guru, mereka wajib menuliskan kisah saat mereka melakukan kegiatan tersebut.

Seiring berjalannya waktu, murid yang awalnya belajar mandiri dan yang tidak mempunyai jadwal belajar alias melamun, justru mulai memiliki kebutuhan akan belajar. Entah bagaimana caranya, motivasi internal mereka tumbuh melihat teman-teman sekelas mereka yang lain belajar bersama guru. Setelah motivasi internal itu muncul, barulah sang guru memandu muridnya menyusun tujuan belajar mereka sendiri.

Gagasan praktik baik inilah yang akan saya coba terapkan di semester genap tahun ajaran 2023-2024. Sebagai guru IPA yang mengajar di kelas 7 dan 8, saya mempertimbangkan pengalaman belajar anak-anak di sekolah tempat saya mengajar. Anak-anak kelas 8 lebih familiar dengan berbagai strategi belajar dari para guru dibanding kelas 7 yang baru melalui satu semester di sini. Sehingga, saya putuskan untuk mencoba praktik ini di kelas 8.

Rencana Realisasi: Program Jajar-Wajar-Kejar

Inspirasi yang melahirkan gagasan ini rencananya akan saya terapkan di kelas 8 semester genap tahun ajaran 2023-2024. Agar program bisa berjalan dengan baik, struktur program ini harus saya tetapkan sejak awal. Dimulai dari pemberian nama.

Program kegiatan ini akan saya beri nama Jajar-Wajar-Kejar. Singkatan dari Tujuan Belajar-Jadwal Belajar-Komitmen Belajar. Tujuan belajar murid tentu berangkat dari tujuan pembelajaran yang telah saya susun berdasarkan Capaian Pembelajaran. Semua murid di kelas 8 memiliki tujuan belajar yang sama. Perbedaannya ada di penjadwalan dan komitmen belajar.

Agar bisa memastikan program ini terlaksana dengan baik, hal berikutnya yang saya lakukan adalah menyusun instrumen pengambilan data. Karena ingin mengetahui pertumbuhan komitmen murid terhadap tujuan belajar, maka saya perlu mengukur seberapa tinggi komitmen belajar murid di awal program dan di akhir program.

Langkah berikutnya adalah menyiapkan dokumen-dokumen pendukung program pembelajaran. Misalnya, format jadwal masing-masing murid, format RPP, format penilaian pembelajaran, dan dokumen pendukung lainnya. Dokumentasi dalam bentuk foto dan video juga diperlukan. Sehingga jika suatu waktu ada kegiatan berbagi praktik baik atau seminar penelitian pendidikan, saya punya modal untuk menulis sebuah artikel disertai bukti konkrit.

Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Nuansa Bintang Diajari Youtube: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Setelah sepanjang sore diguyur hujan, selepas isya hujan reda. Kami berangkat ke salah satu tempat makan langganan kami, sebuah rumah makan tidak jauh dari Monumen Jogja Kembali ke arah utara.

Setelah memesan menu seperti biasanya, Bintang berbisik kepada saya tentang kata kali. Awalnya saya mengira kali yang dimaksud adalah sungai. Tapi kemudian dia menjelaskan kali yang dimaksud adalah kali dalam matematika. Salah satu kebiasaan Bintang jika ingin menunjukkan sesuatu pasti didahului dengan pertanyaan. Alih-alih langsung memberi tahu tentang A, dia akan mengajukan pertanyaan kepada kami yang berhubungan dengan A. Hal yang sama terjadi di tempat makan itu.“Papa, 7 kali 7 berapa?”

Tentu sebagai ayah yang baik, saya mencoba tidak merusak suasana. Saya berpura-pura berpikir keras, lalu menyerah, kemudian balik bertanya: “memangnya berapa 7 kali 7?”

Dengan lantang dia menjawab 49.

Karena penasaran, saya menelisik. “Emang anak kelas 1 SD sudah diajari perkalian?”

Bintang menggeleng.

“Terus tahu dari mana?” saya mencoba mencari penjelasan.

“Youtube,” jawabnya singkat.

Merangkai Kalimat

Bukan hanya perkalian, dalam hal penyusunan kalimat pun youtube membantu Bintang belajar banyak. Merangkai kalimat dalam Bahasa Inggris pun demikian.

Bintang pernah menunjukkan kepada sebuah video lucu tentang seseorang yang berakting sebagai guru bersama beberapa murid. Di dalam video tersebut si guru menerjemahkan beberapa kata dalam Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris. Kemudian semua kata yang sudah diterjemahkan tersebut diurutkan menjadi sebuah kalimat.

Dalam perjalanan pulang dari tempat makan, Bintang tiba-tiba bertanya kepada saya apa Bahasa Inggris dari terbang dan pesawat. Setelah saya menyampaikan dua kata tersebut, dia kemudian menyimpulkan sendiri.

“Jadi kalau pesawat terbang Bahasa Inggrisnya airplane fly.”

Sambil mengendarai motor saya bersorak merayakan proses sederhana itu. Karena bagi saya, obrolan-obrolan sederhana yang saling ditanggapi seperti itulah, yang oleh para peneliti perkembangan anak di Harvard disebut serve and return, yang bisa mengembangkan berbagai kemampuan berpikir dan merasa anak-anak.

Andalan
Diposkan pada Pendidikan

12 Gagasan Teratas Pendidikan Tahun 2023 (Bagian 2)

Setelah menuliskan 12 Gagasan Teratas Pendidikan Tahun 2023 bagian 1 versi saya, tulisan ini merupakan lanjutannya. Enam gagasan yang saya sampaikan sebelumnya dan enam gagasan yang saya sampaikan sekarang tidak ditulis dalam format urutan peringkat. Sehingga 6 gagasan yang dituliskan belakangan ini tidak berarti posisinya lebih rendah dibanding 6 gagasan sebelumnya. Berikut 12 gagasan teratas dunia pendidikan versi saya bagian kedua.

Melewati Masa-masa Sulit

Simon Sinek dalam salah satu potongan videonya membicarakan tentang bagaimana seseorang bersikap ketika mendapatkan masalah. Biasanya saat menghadapi suatu permasalahan yang sulit, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan, ada tipe orang cenderung menutup diri dari lingkungan sekitar dan merasa malu untuk meminta tolong. Bahkan ketika ada yang menawarkan bantuan, alih-alih merasa terbantu, justru merasa semakin malu karena tidak bisa menyelesaikan masalah sendiri.

Untuk merespon tipe orang seperti ini Simon Sinek punya tawaran gagasan. Ketimbang menawarkan bantuan, dia mengusulkan kepada kita untuk bilang: aku tidak bisa membantu kamu, tapi aku akan duduk di sini bersamamu sampai kamu merasa baik-baik saja.

Sasaran gagasan: guru, murid.

Elemen Pembelajaran Hebat

Sebagai salah satu organisasi penyedia jasa pendidikan, Toddle memiliki sebuah acara di kanal youtube yang diberi nama School Leaders Project. Pada acara tersebut pembawa acara dari Toddle akan mengajak para pakar pendidikan dari berbagai belahan dunia untuk berbincang. Salah satu episode yang saya tonton dan lumayan berkesan berjudul How to Use The Flipped Model in Your School bersama John Bergman.

Di tengah obrolan, Bergman menyampaikan bahwa elemen dari pembelajaran yang hebat ada 2, yaitu cara mengajar yang berkualitas dan relasi yang dibangun antara guru dan murid.

Sasaran gagasan: guru.

Kemampuan Bertanya dan Mendengar

Dalam salah satu episode School Leaders Project dari kanal youtube Toddle yang berjudul Beyond Traditional Leadership: The Art of Instructional Teaching, Jim Knight sebagai pakar coaching di bidang pendidikan berkata: 2 hal yang membuat proses coaching berjalan adalah cara kita mengajukan pertanyaan dan cara kita mendengarkan. Guru pada dasarnya adalah coach bagi murid. Agar dapat memainkan peran itu dengan tepat, maka guru perlu menguasai dua skill tersebut. Dua skil tersebut saling mendukung satu sama lain.

Pertama, skil mengajukan pertanyaan yang tepat. Dengan mengajukan pertanyaan yang tepat, guru dapat mengarahkan pikiran, perasaan dan perbuatan murid ke arah yang tepat. Kedua, skil mendengar aktif. Dengan mendengar secara aktif, guru dapat menemukan inti gagasan, pemikiran, kebutuhan, bahkan solusi dari apa yang disampaikan murid.

Sasaran gagasan: guru, manajemen sekolah.

Negosiasi

Dalam sebuah video di kanal youtube Big Think, Chris Voss, seorang mantan negosiator FBI, menawarkan sebuah metafora menarik tentang negosiasi. Menurutnya, negosiasi bukanlah tentang logisnya argumen; negosiasi adalah tentang pengambilan keputusan berdasarkan emosi: passion, nilai yang dianut, rasa peduli, dan lain-lain. Dengan demikian, pengambilan keputusan bukanlah proses logis melainkan proses emosional.

Sasaran gagasan: guru.

Mengurangi Kegaduhan Berpikir

Daniel Kahneman adalah seorang profesor di bidang psikologi tetapi mendapatkan hadiah Nobel dalam bidang ekonomi atas temuannya tentang loss aversion. Dalam salah satu bukunya berjudul Noise: Cacat dalam Pertimbangan Manusia, dia bersama Olivier Sibony dan Cass R Sunstein mengajukan gagasan “hygiene keputusan” untuk mengurangi kegaduhan dalam berpikir.

Banyak protokol “hygiene keputusan” yang disarankan, bergantung pada konteks dan bidang. Salah satu yang relevan adalah pengurangan kegaduhan pada keputusan yang diambil oleh orang banyak. Untuk konteks ini, mereka menawarkan protokol “agregasi banyak pertimbangan independen”.

Sesuai dengan namanya yang panjang dan sulit, ide ini terdiri dari alur yang rumit: informasi dibagikan secara terpisah kepada orang-orang yang akan terlibat dalam pengambilan keputusan, setiap orang diminta untuk mengambil keputusan sendiri tanpa berkomunikasi dengan orang lain yang akan terlibat dalam pengambilan keputusan, lalu semua orang yang akan terlibat dalam pengambilan keputusan berkumpul untuk menyampaikan keputusan pribadi mereka, kemudian seorang fasilitator memandu mereka untuk mencari keputusan dengan rata-rata terbaik.

Sasaran gagasan: manajemen sekolah.

Produktivitas

Di tahun sebelumnya gagasan tentang mempersingkat tenggat waktu pengumpulan tugas untuk meningkatkan produktivitas sudah muncul. Namun baru di tahun 2023 saya mengetahui ada kaidah manajemen yang melandasi hal tersebut. Kaidah ini disebut “Kaidah Parkinson” (Parkinson’s Law).

Kaidah ini menyebutkan: pekerjaan berkembang sedemikian rupa sehingga waktu yang tersedia untuk menyelesaikannya terpenuhi. Dalam bahasa orang awam: santai saja, masih ada waktu, kok! Atas dasar kaidah inilah, gagasan yang muncul untuk meningkatkan produktivitas pekerja bukanlah dengan memberi waktu tambahan, melainkan dengan mempersingkatnya.

Sasaran gagasan: guru, manajemen sekolah.

Andalan
Diposkan pada Pendidikan

12 Gagasan Teratas Pendidikan Tahun 2023 (Bagian 1)

Tahun 2023 lalu saya membaca beberapa buku, mendengar puluhan podcast, menonton ratusan video, baik di platform youtube maupun instagram. Tidak semuanya tentang pendidikan. Tapi berhubung saya adalah guru, latar tempat saya bekerja sekolah, bidang yang menaunginya adalah pendidikan, maka gagasan-gagasan yang saya peroleh dari berbagai sumber dan berbagai disiplin ilmu itu saya tautkan ke bidang pendidikan.

Dari banyak gagasan, saya rekap menjadi hanya 12 gagasan. Sejumlah bulan dalam satu tahun. Meskipun yang saya jelaskan ini tidak mewakili bulan tertentu atau urutan waktu tertentu. Semua ditulis secara acak.

Lanjutkan membaca “12 Gagasan Teratas Pendidikan Tahun 2023 (Bagian 1)”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Riset Sejak Dini ala Nuansa Bintang: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Sejak pandemi COVID-19 melanda dunia, gadget menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi semua lapisan masyarakat, termasuk anak-anak dan balita. Saat pandemi melanda, Bintang berusia hampir 3 tahun. Saat itu saya harus mengajar dari rumah, pun istri saya yang sedang studi S2 harus kuliah dari rumah. Kondisi tersebut akhirnya membuat Bintang terpapar gadget sejak dini, terlalu dini dari perkiraan kami.

Banyak penelitian yang sudah merekomendasikan agar gadget sebaiknya tidak diberikan kepada anak balita karena banyak dampak buruk yang disebabkannya. Namun bagi orang tua yang karena kondisi tertentu sangat terpaksa harus memberikan gadget sejak ini, ternyata ada juga ahli perkembangan anak yang memberikan jalan keluar. Pandangan inilah yang saya ambil saat Bintang tidak bisa lepas dari gadget.

Lanjutkan membaca “Riset Sejak Dini ala Nuansa Bintang: Nuansa Hidup Nuansa Bintang”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Liburan ke Rumah Nenek, Inilah yang Dialami Nuansa Bintang: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Liburan sekolah akhir semester gasal tahun ajaran 2023-2024 sudah tiba. Liburan yang bertepatan dengan liburan natal dan tahun baru ini kami manfaatkan untuk berlibur ke rumah nenek Bintang, yang terletak di Garut, Jawa Barat. Liburan ke rumah nenek kali ini adalah perjalanan ke empat Bintang sejak pindah ke Jogja. Sejak tahun 2019, Bintang berkunjung ke rumah nenek pada idul fitri 2022, September 2022, Desember 2022, dan sekarang Desember 2023.

Meskipun waktu yang dihabiskan di rumah nenek cukup singkat, Bintang sempat mencicipi beberapa pengalaman. Sebagai orang tua kami sepakat, “membeli pengalaman” untuk anak akan melekat lebih lama dalam ingatan ketimbang “membeli barang”. Maka beberapa hal kami lakukan selama berlibur di rumah nenek.

Lanjutkan membaca “Liburan ke Rumah Nenek, Inilah yang Dialami Nuansa Bintang: Nuansa Hidup Nuansa Bintang”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Kapok Naik Bis

Saat merantau di Lampung dulu, moda transportasi yang sering kami gunakan untuk mudik adalah bis. Bis langganan yang kami gunakan adalah Rosalia Indah. Terakhir kami naik bis Rosalia Indah pada Mei 2019, saat kami mudik untuk terakhir kalinya. Saya mendapatkan pekerjaan mengajar di Sleman, istri melanjutkan studi S2.

Karena usia Bintang belum genap 2 tahun, tidak ada memori yang dia ingat. Perjalanan pulang pergi Lampung-Temanggung atau Lampung-Garut yang pernah dia lalui baik menggunakan bis maupun diantar keluarga tidak ada satupun yang dia ingat.

Lanjutkan membaca “Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Kapok Naik Bis”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Kalimat Matematika

Sambil menikmati sarapan pagi, Bintang memegang gawai. Beberapa video berseliweran di platform youtube yang dibukanya. Tiba-tiba, setelah menonton salah satu video, dia mengalihkan pandangan kepada saya yang duduk di hadapannya.

Dia lalu menceritakan tentang mobil milik Messi yang harganya sekian itu kalau diterjunkan ke jurang tidak akan rusak. Setelah itu dia membandingkan dengan mobil Ronaldo yang–katanya–lebih mahal tapi bakal hancur diterjunkan ke jurang. Terakhir, dia membandingkan variabel lainnya, yaitu kecepatan. Katanya, mobil Ronaldo lebih cepat dari Messi.

Lanjutkan membaca “Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Kalimat Matematika”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Laporan Hasil Belajar

Akhir semester sudah tiba. Bagi anak-anak sekolah dan orang tuanya, inilah momen untuk mengetahui hasil perjalanan mereka selama satu semester. Sebagian orang tua menganggap laporan hasil belajar adalah puncak dari pencapaian pembelajaran. Sebagian lainnya menempatkan skor akademik sebagai sampingan, yang utama adalah pembentukan cara berpikir dan karakter.

Tentu tidak ada yang salah dari kedua pandangan tersebut. Masing-masing dibentuk oleh latar belakang yang berbeda. Sehingga pandangan apapun yang dipilih kembali kepada konteks apa yang melatarbelakangi para orang tua. Saya yang berperan ganda sebagai guru sekaligus orang tua, mulai memahami bahwa kedua pandangan itu sebenarnya saling melengkapi.

Lanjutkan membaca “Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Laporan Hasil Belajar”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Si Paling Sopan

Pulang dari sekolah hari itu Bintang membawa sebuah plakat sederhana bertuliskan: Nuansa, Yang Paling Sopan. Sejujurnya saya kaget. Pun dengan istri saya. Siapa yang menyangka anak yang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, jarang bersosialisasi, hanya kenal ibu bapaknya saja, yang membuat dia jarang terlibat dalam berbagai macam situasi sosial, ternyata di tempat lain (baca: sekolah) justru diapresiasi sebagai anak paling sopan di kelas.

Sebagai orang tua, secara eksplisit kami jarang menggurui tentang sopan santun. Sehingga, kami beranggapan bahwa dia mendapatkan pendidikan sopan santun, akhlak dan etika, pastilah dari sekolahnya. Semasa balita dulu, ikut bermain dan belajar di Salam Salim, kami menyaksikan bagaimana nasihat dari gurunya justru lebih melekat daripada nasihat dari kami.

Lanjutkan membaca “Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Si Paling Sopan”
Andalan
Diposkan pada Uncategorized

Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Tidak Mau Bermain dengan Teman Perempuan

Di lingkungan tempat kami tinggal, awalnya terdapat 1 anak laki-laki setahun di bawah Bintang, 2 anak laki-laki 2 tahun di bawah Bintang, 1 anak laki-laki usia 9 tahun, dan seorang anak perempuan seusia dengan Bintang. Selama 2 tahun, hampir setiap sore Bintang dan 3 anak laki-laki sering main di halaman rumah. Baik main sepeda, main menggunakan mainan, main kejar-kejaran, dan lain-lain.

Di akhir tahun kedua, saat usia bintang tepat 6 tahun, ketiga anak laki-laki tersebut pindah di waktu yang hampir bersamaan. Yang tersisa tinggal anak perempuan dan adik laki-lakinya itu. Saat itu, saya mencoba menawari Bintang untuk bermain dengan mereka berdua, terutama dengan sang kakak, yang merupakan anak perempuan seusia Bintang. Tapi bintang selalu menolak. Alasannya, dia hanya ingin bermain dengan salah satu dari ketiga anak yang pindah itu.

Pada hari pembagian rapor pertamanya di SD, barulah saya mendapati satu fakta menarik dari guru kelasnya: bintang tidak mau bermain dengan anak perempuan.

Lanjutkan membaca “Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Tidak Mau Bermain dengan Teman Perempuan”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#15]: Pertanyaan “Seandainya…” adalah Godaan Setan

Sekelompok murid yang sedang menunggu giliran ujian praktik meminta saya bercerita. Karena saya tidak punya bahan bercerita, saya bertanya kepada salah satu dari mereka.

“Seandainya kamu dilahirkan di keluarga si A, menurut kamu apa yang akan terjadi dengan hidup kamu?”

Lanjutkan membaca “Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#15]: Pertanyaan “Seandainya…” adalah Godaan Setan”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#14]: Kesibukan Lain

Sebagai lanjutan dari obrolan kami tempo hari tentang upaya melepaskan, saya bertanya padanya pagi ini. “Apa sekarang kamu sudah bisa merelakan?”

Wajahnya berseri-seri. Sambil tersenyum penuh kemenangan dia bilang sudah bisa merelakan.

Saat saya tanya bagaimana caranya bisa merelakan seperti itu, dia menjawab:

“Saya mencari kesibukan lain. Sekarang saya aktif di organisasi lain.”

Ternyata, jawaban untuk merelakan sesuatu bisa sesederhana melakukan hal lain yang sama-sama memiliki makna.

Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Mimpi yang Terasa Nyata

Pagi itu Bintang terbangun dalam keadaan bersedih. Setelah ditelisik mamanya, dia pun bercerita. Dia diejek oleh kakak kelas 2. Ejekan itu terjadi saat dia dan rombongan kakak kelasnya jalan-jalan keliling lingkungan sekolah. Tapi anehnya, lingkungan sekolahnya sampai ke lingkungan tempat dulu menghabiskan masa PAUD dan TK. Pada kedua lokasi itu terpisah sangat jauh. Rupanya semua itu hanya mimpi. Mimpi yang menurut Mamanya terasa sangat nyata. Dia menceritakan itu sedemikian runtut sehingga membuat pendengarnya hampir percaya bahwa itu benar-benar kejadian nyata.

Bukan sekali ini saja Bintang terbangun dari tidur kemudian hanyut dalam mimpi yang baru saja dialaminya. Tempo hari saya pernah mendapati dia bersedih. Setelah saya tanya kenapa, dia lalu bercerita tentang mimpinya tersesat di hutan dan terpisah dari saya. Kemudian dia kebingungan mencari saya. Sampai akhirnya terbangun, dia sadar bahwa itu hanya mimpi.

Lanjutkan membaca “Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Mimpi yang Terasa Nyata”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

3 Ritme Pendidikan Versi Alfred North Whitehead

Buku berjudul The Aims of Education merupakan kumpulan tulisan Alfred North Whitehead tentang pendidikan. Tokoh filsuf dan matematikawan asal Inggris yang juga guru bagi Bertrand Russel ini memiliki beberapa pandangan yang menarik tentang pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Salah satu pemikirannya di bidang pendidikan yang dituangkan dalam buku ini adalah ritme pendidikan.

Ritme pendidikan merupakan gagasan yang mengacu pada perkembangan mental manusia. Seperti yang dikatakan Whitehead, hidup manusia bersifat periodik. Ada masa seseorang memiliki siklus hidup tertentu. Pendidikan harus menyesuaikan dengan siklus perkembangan hidup anak. Jika tidak, maka akan menghambat proses pendidikan.

Lanjutkan membaca “3 Ritme Pendidikan Versi Alfred North Whitehead”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#13]: Kalah Ganteng dari Artis KPop

Di saat beberapa murid perempuan asik membahas selebritis KPop, seorang murid laki-laki di sebelah saya menggerutu. Dia merasa bosan karena saat SD dulu teman-teman perempuannya banyak yang mengidolakan artis KPop. Bahkan sekarang setelah lulus dari SD, di sekolah berbasis pesantren yang muridnya datang dari berbagai daerah pun, dia masih bertemu dengan teman-teman perempuan yang mengidolakan KPop.

Saya mewajarkan fenomena itu. Remaja mana yang tidak meleleh hatinya melihat paras ganteng dan cantik berseliweran di layar kaca. Belum lagi talenta yang mereka punya. Skill bermusik? Jangan tanya. Dance? Mereka jagonya. Akting? Tak terhitung jumlahnya drama korea yang memukau penonton.

Setelah menyajikan semua fakta itu, saya lantas bertanya padanya. “Menurut kamu bagaimana? Kita kalah ganteng dari artis KPop.”

Lanjutkan membaca “Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#13]: Kalah Ganteng dari Artis KPop”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Cara Sederhana Memupuk Kemampuan Observasi

Siapa sangka anak berusia 6 tahun memiliki kemampuan observasi yang mumpuni. Kemampuan yang menjadikan Sherlock dan Poirot detektif hebat ini ternyata sudah muncul benihnya pada anak-anak. Itulah yang saya temukan pada anak saya beberapa hari yang lalu.

Lanjutkan membaca “Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Cara Sederhana Memupuk Kemampuan Observasi”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

3 Metode Kurikulum Nasional Versi Alfred North Whitehead

Buku berjudul The Aims of Education merupakan kumpulan tulisan Alfred North Whitehead tentang pendidikan. Tokoh filsuf dan matematikawan asal Inggris yang juga guru bagi Bertrand Russel ini memiliki beberapa pandangan yang menarik tentang pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Salah satu pemikirannya di bidang pendidikan yang dituangkan dalam buku ini adalah 3 metode kurikulum nasional.

Usulan Whitehead tentang 3 metode kurikulum nasional ini tertuang dalam artikel berjudul Pendidikan Teknik dan Kaitannya dengan Sains dan Sastra. Di dalam tulisan ini dia mengeksplorasi gagasan tentang pendidikan teknik yang tidak bisa dipisahkan dari sains dan sastra. Pendidikan teknik sebagai keterampilan merupakan perwujudan dari pemahaman terhadap sains dan sastra. Sementara pendidikan sains dan sastra yang berpusat pada pemikiran merupakan modal bagi seseorang untuk terampil dalam keterampilan teknik. Salah satu kurikulum harus mencakup dua lainnya dan saling mendukung.

Lanjutkan membaca “3 Metode Kurikulum Nasional Versi Alfred North Whitehead”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Nilai Telor Ceplok

Bagi anda yang sudah menjadi orang tua dan memiliki anak usia sekolah, apa yang paling dinanti-nanti di akhir semester?

Setelah penilaian akhir semester selesai, masa yang paling dinanti-nanti adalah pembagian lembar jawaban. Karena di lembar jawaban itulah akan tampak skor yang diperoleh anak pada suatu mata pelajaran.

Lanjutkan membaca “Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Nilai Telor Ceplok”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#12]: Semakin Tinggi Masa Bodo, Semakin Rendah Amarah

Menjelang masuk kelas, seorang murid menghampiri saya. Dengan bangga dia bercerita bahwa dirinya sudah mulai lebih bersabar, mulai jarang marah.

Karena kabar ini lumayan menggembirakan, saya pun bertanya, “Bagaimana caranya kamu bisa lebih bersabar?”

Lanjutkan membaca “Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#12]: Semakin Tinggi Masa Bodo, Semakin Rendah Amarah”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#11]:Mengelola Ekspektasi karena Tidak Ada yang Pasti

Saat bercerita tentang perasaannya yang masih belum bisa menerima kenyataan, saya bertanya pada murid saya itu.

“Apa yang membuat kamu belum bisa merelakan?”

“Karena yang diterima adalah orang yang tidak ikut berproses, seperti tiba-tiba dipilih begitu saja,” katanya.

Lanjutkan membaca “Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#11]:Mengelola Ekspektasi karena Tidak Ada yang Pasti”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Keseimbangan Struktur dan Fungsi Otak untuk Ketangguhan Emosional Anak

Dalam buku The Yes Brain: Cara Menumbuhkan Sikap Berani, Ingin Tahu, dan Tangguh di Dalam Diri Anak, Daniel J. Siegel, M.D. dan Tina Payne Bryson, Ph.D menawarkan konsep pengasuhan yang sedikit berbeda. Konsep itu mereka beri nama Yes Brain.

Konsep pengasuhannya adalah menumbuhkan anak yang berani berkata “ya” pada segala tantangan yang muncul di hadapannya. Alih-alih bersifat reaktif terhadap apa yang terjadi, konsep pengasuhan ini ditujukan untuk membantu orang tua mengembangkan kemampuan reseptif aktif pada anak sehingga anak menyerap banyak hal dari lingkungan kemudian menyesuaikan diri dengannya.

Lanjutkan membaca “Keseimbangan Struktur dan Fungsi Otak untuk Ketangguhan Emosional Anak”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#10]: Kebahagiaan Itu Kita yang Menentukan

Setelah mendengar salah satu murid menceritakan tentang novel yang dia baca, yang berkisah tentang seseorang yang mencoba berbagai macam bentuk kehidupan melalui berbagai macam buku di sebuah perpustakaan, dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup namun tak kunjung mendapatkannya, saya lantas bertanya,

“kalau si tokoh di novel itu mencoba mencari kebahagiaan di berbagai macam kehidupan tapi tidak menemukannya, lantas kebahagiaan itu ada di mana?”

Lanjutkan membaca “Ada Guru Bertanya pada Muridnya [#10]: Kebahagiaan Itu Kita yang Menentukan”
Andalan
Diposkan pada Blog

Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Sudah Lama tidak ke Sungai Kecil yang Banyak Batunya

Dalam salah satu perjalanan bermotor kami, ketika menyusuri Selokan Mataram menuju Ring Road Barat, Bintang tiba-tiba mengatakan, “Sudah lama, ya, kita tidak ke sungai kecil yang banyak batunya.” Saya lalu teringat pada salah satu lokasi wisata keluarga yang beberapa kali kami kunjungi, yaitu Ledok Sambi. Dia mengingat deskripsi tempat tapi kesulitan mengingat namanya. Sama seperti interaksi sosialnya: namanya diingat oleh banyak teman, tapi dia kesulitan mengingat nama temannya.

Saya sendiri sudah lupa kapan terakhir kali ke Ledok Sambi karena memang sudah lama tidak ke sana. Ledok Sambi, sebuah lokasi wisata keluarga yang terletak di Jalan Kaliurang KM 19, Pakem, Sleman, menjadi salah satu spot wisata yang dirindukan Bintang karena suasananya menyenangkan. Terbagi menjadi beberapa bagian seperti arena outbond, kemah, panahan, kayak, softgun, wahana flying fox, Ledok Sambi memiliki sebuah sungai kecil yang menjadi daya tarik bagi anak-anak balita. Sungai kecil inilah yang diingat Bintang.

Lanjutkan membaca “Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Sudah Lama tidak ke Sungai Kecil yang Banyak Batunya”
Andalan
Diposkan pada Pendidikan

Ruang Observasi, Pengamatan 21: Konsekuensi dari Tindakan Indisipliner

Dalam buku Pendidikan Pemerdekaan, yang sejatinya adalah dokumen tentang dasar gagasan dan pelaksanaan pendidikan di SDK Eksperimental Mangunan, saya menemukan dua poin menarik dari gagasan Romo Mangun terkait disiplin anak.

Yang pertama gagasan keseimbangan ajrih asih dalam penegakan disiplin anak. Guru harus ajrih dalam menegakkan disiplin anak, tetapi ke-ajrih-an itu merupakan manifestasi dari ke-asih-an. Sederhananya: guru harus bersikap tegas karena sayang akan masa depan muridnya.

Poin kedua malah tidak kalah menarik bagi saya. Romo Mangun menawarkan konsep yang saya rangkum menjadi “minimalkan kata teguran, maksimalkan tindakan teguran.” Hal ini didasari oleh realitas anak, yang menurut Romo Mangun “semakin banyak nasihat justru semakin tidak didengarkan”.

Romo Mangun tetap mendukung adanya hukuman bagi anak yang melakukan tindakan indisipliner. Karena bagaimanapun juga anak harus tahu bahwa sesuatu yang salah memiliki konsekuensi. Dalam bahasa tulisan beliau, “kalau anak mengacau, ia dihukum. Soal cara menghukum secara baik dan tidak baik, yang efektif dan yang tidak berpengaruh akan kita bicarakan kelak. tetapi anak harus merasakan, menghayati suatu tindakan disipliner.”

Dalam konteks hukum menghukum ini sepertinya beliau menyadari bahwa hukuman tidak semua baik dan efektif menghasilkan perubahan perilaku. Tetapi harus diakui juga guru perlu mengambil tindakan, dengan kadar tertentu, untuk memastikan anak tahu bahwa “setiap aksi pasti ada reaksi, setiap tindakan indisipliner pasti ada hukuman, setiap tindakan disipliner pasti ada pujian”. Membuka ruang dialog dengan anak ketika melakukan kesalahan itu perlu, tetapi konsekuensi terhadap kesalahan harus tetap diberikan.

Jika yang digunakan hanya dialog saja, ada kemungkinan muncul pikiran dalam anak bahwa “aku bisa terhindar dari hukuman jika bisa ‘memenangkan’ dialog dengan guruku”. Tetapi jika dialog disertai dengan konsekuensi, anak akan berpikir, “apapun yang aku katakan, aku tetap akan dihukum.” Dan tugas pengajak dialog adalah, mengarahkan anak untuk berpikir bahwa hukuman yang diterima anak semata mata adalah upaya untuk menolongnya dari tindakan indisipliner yang tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga bisa jadi merugikan orang tua, teman-teman dan bahkan masyarakat.

Maka, kembali ke poin pertama tadi, hukumlah anak ketika melakukan tindakan indisipliner sebagai wujud kasih sayang akan perkembangan kepribadiannya. Bukan semata-mata karena kita lebih berkuasa terhadap anak.

Dengan demikian, mudah-mudahan, terbawa sampai usia dewasanya: perilaku yang tidak baik akan mendapatkan balasan yang tidak baik, dan tidak ada satu orang pun yang bisa melindunginya dari konsekuensi perbuatan tidak baik itu.