Diposkan pada Pendidikan

Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Mimpi yang Terasa Nyata

Pagi itu Bintang terbangun dalam keadaan bersedih. Setelah ditelisik mamanya, dia pun bercerita. Dia diejek oleh kakak kelas 2. Ejekan itu terjadi saat dia dan rombongan kakak kelasnya jalan-jalan keliling lingkungan sekolah. Tapi anehnya, lingkungan sekolahnya sampai ke lingkungan tempat dulu menghabiskan masa PAUD dan TK. Pada kedua lokasi itu terpisah sangat jauh. Rupanya semua itu hanya mimpi. Mimpi yang menurut Mamanya terasa sangat nyata. Dia menceritakan itu sedemikian runtut sehingga membuat pendengarnya hampir percaya bahwa itu benar-benar kejadian nyata.

Bukan sekali ini saja Bintang terbangun dari tidur kemudian hanyut dalam mimpi yang baru saja dialaminya. Tempo hari saya pernah mendapati dia bersedih. Setelah saya tanya kenapa, dia lalu bercerita tentang mimpinya tersesat di hutan dan terpisah dari saya. Kemudian dia kebingungan mencari saya. Sampai akhirnya terbangun, dia sadar bahwa itu hanya mimpi.

Mendengar cerita bintang tentang mimpinya yang terasa nyata membuat saya teringat bahwa saya juga sesekali mengalami mimpi seperti itu. Bukan hanya saya, tentu saja. Semua orang pasti pernah mengalami. Mimpi yang terasa nyata. Bahkan di dalam mimpi itu pikiran kita bisa bekerja dengan baik. Mengetahui harus melakukan apa, mengetahui sedang mengalami apa, menyadari sedang berada dalam situasi seperti apa. Membuat mimpi tersebut terasa benar-benar nyata.

Tinjauan Mimpi dari Beberapa Sudut Pandang

Di dalam agama islam, mimpi digambarkan sebagai salah satu bentuk komunikasi antara Allah dengan para nabi. Misalnya, kisah tentang mimpi Nabi Ibrahim menyembelih putranya, Nabi Ismail. Juga kisah tentang Nabi Yusuf sewaktu masih kecil yang bermimpi melihat 11 bintang dan matahari bersujud kepadanya. Bahkan terdapat tiga pembagian mimpi, yaitu mimpi baik sebagai kabar gembira dari Allah, mimpi karena bawaan dari pikiran yang terbawa sampai ke mimpi, dan mimpi buruk yang datangnya dari setan.

Dari sudut pandang psikologi, mimpi dianggap sebagai ide atau gagasan yang saling berhubungan saat seseorang sedang tidur. Pendiri aliran psikoanalisis, Sigmund Freud, menganggap bahwa mimpi adalah keinginan, perasaan dan pemikiran yang direpresikan atau ditekan ke alam bawah sadar. Di dalam bidang psikologi, mimpi dibagi menjadi 4, yaitu lucid dream, vivid dream, mimpi buruk, dan mimpi berulang.

Lucid dream terjadi ketika seseorang menyadari dirinya sedang bermimpi, bahkan bisa mengendalikan mimpi tersebut. Vivid dream merupakan mimpi yang terasa nyata dan sangat jelas. Mimpi buruk adalah mimpi yang mengganggu, terutama dialami oleh orang yang sedang stress atau gangguan kecemasan. Sedangkan mimpi berulang terjadi ketika seseorang mengalami mimpi dengan topik yang sama berkali-kali.

Sementara itu neurosains memandang mimpi sebagai fenomena yang terjadi ketika otak aktif bekerja tetapi terputus dari rangsangan eksternal. Saat tertidur otak tetap bekerja memilah dan memilih informasi yang diterima sepanjang hari. Dengan kata lain, otak sedang menyeleksi informasi mana yang akan disimpan ke memori jangka panjang dan mana yang tidak. Karena proses inilah, mimpi juga dianggap sebagai simulasi kognitif dari kehidupan nyata.

Mimpi dan Aktivitas Otak

Mimpi memang bisa ditafsirkan macam-macam. Beberapa kebudayaan bahkan menganggap mimpi sebagai pertanda. Misalnya, mimpi gigi copot sebagai pertanda akan meninggal. Mimpi digigit ular pertanda akan mendapatkan jodoh. Mimpi digigit anjing pertanda akan mendapatkan sebuah masalah besar. Serta mitos-mitos lain yang beredar di masyarakat.

Saya sendiri menganggap mimpi sebagai aktivitas otak yang aktif sepanjang tidur. Proses di mana otak kita justru sedang aktif bekerja memilih dan memilah, menyambungkan, serta menafsirkan berbagai informasi yang diterima otak. Dengan demikian, mimpi bagi saya pertanda bahwa otak sedang aktif bekerja. Sehingga saya menyimpulkan: semakin sering kita bermimpi, semakin aktif otak kita bekerja.

Tentu kerja otak dipengaruhi oleh informasi yang diterima. Orang yang senantiasa mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya berkemungkinan besar akan mengalami mimpi buruk. Orang yang sedang terobsesi pada sebuah barang kemungkinan besar akan memimpikan barang tersebut. Oleh karena itu, kita harus selektif memilah dan memilih informasi yang diterima anak kita saat sedang sadar, sehingga informasi yang dibawa anak kita ke alam bawah sadar saat bermimpi merupakan informasi yang baik.

Penulis:

Mendidik adalah Mewariskan

Tinggalkan komentar