Diposkan pada Pendidikan

Melatih Otak Atas: Strategi Keempat The Whole-Brain Child

Sama halnya dengan otot yang semakin kuat jika sering dilatih, kemampuan otak atas mengontrol otak bawah juga akan meningkat ketika anak diberi banyak kesempatan untuk melatihnya. Otak atas yang kuat akan mampu menyeimbangkan otak bawah yang primitif sehingga keduanya terintegrasi dengan baik. Hal inilah yang menjadi fondasi bagi kesehatan mental anak.

Sebagai orang tua, kita bisa membantu anak melatih otak atas anak dalam berbagai situasi dan kondisi. Ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan. Di dalam buku The Whole-Brain Child: 12 Strategi Revolusioner Mendukung Perkembangan Otak Anak, penulis Daniel J. Siege, M.D.l dan Tina Payne Bryson, Ph. D. menawarkan beberapa cara.

Berikut di antaranya:

Mengambil Keputusan

Meskipun kemampuan anak belum berkembang sepenuhnya, kita sebagai orang tua dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk berlatih membuat keputusan. Pengambilan keputusan berkaitan dengan fungsi eksekutif otak bagian atas, terutama di bagian prefrontal cortex. Dengan demikian, memberi kesempatan kepada anak untuk lebih sering mengambil keputusan dapat memperkuat otak bagian atasnya.

Tentunya keputusan yang diambil anak bukanlah keputusan besar yang beresiko tinggi. Melainkan keputusan kecil sehari-hari. Sesederhana menawarkan “mau pakai sepatu atau sandal?” saat akan pergi jalan-jalan. Atau meminta anak memilih membeli mainan atau membeli makanan saat pergi ke pusat perbelanjaan. Juga memilih sendiri menu makanan yang diinginkan saat sedang makan malam di restoran.

Mengendalikan Emosi dan Tubuh

Dalam kondisi tenang, ajak anak untuk berlatih bagaimana cara mengendalikan emosi dan tubuh. Misalnya, saat sedang merasa cemas, ajarkan anak untuk mengendalikan kecemasan itu dengan menarik napas dalam-dalam atau berhitung sampai sepuluh. Atau jika sedang berada di rumah dan anak merasa emosinya akan meluap, berikan dia benda empuk seperti bantal untuk ditinju sekuat tenaga. Atau saat anak ingin meluapkan emosi dengan cara menangis, berikan mereka bantal untuk menangis sekeras-kerasnya sambil direndam bantal.

Memahami Diri

Untuk membantu anak memahami diri sendiri, orang tua bisa mengajukan berbagai “pertanyaan hipotetik”, yaitu pertanyaan yang bersifat perkiraan apa yang akan terjadi di masa depan dan bagaimana anak akan merespon situasi tersebut. Pertanyaan seperti ini membuat otak atas anak bekerja membuat prediksi tentang situasi tertentu dan membuat rencana untuk merespon situasi tersebut. Meskipun pada kenyataannya respon anak seringkali tidak sesuai rencana, tetap penting untuk melatih kebiasaan ini.

Misalnya, ketika seorang anak akan ikut perkemahan untuk pertama kalinya padahal sebelumnya dia tidak pernah tidur terpisah dari orang tuanya. Orang tua bisa mengajukan pertanyaan pertama, “apakah kamu akan merindukan rumah?” Selanjutnya, jika anak menjawab iya, orang tua bisa memperdalam diskusi dengan bertanya, “kira-kira apa yang akan kamu lakukan jika merasa rindu rumah saat sedang kemah?”

Dengan pertanyaan seperti ini, anak diberi kesempatan untuk memikirkan apa yang terjadi dalam diri mereka sendiri. Kondisi ini membantu anak untuk semakin memahami diri sendiri sehingga kemampuan otak bagian atasnya semakin berjembang.

Empati

Untuk membantu anak membangun kemampuan berempati, orang tua bisa mengajukan pertanyaan yang membuat anak ikut merasakan perasaan orang lain. Banyak kejadian sehari-hari yang bisa dijadikan bahan pertanyaan seperti ini.

Misalnya, ketika di sekolah ada anak yang menangis karena tidak ingin ditinggal orang orang tuanya, kita bisa mengajukan pertanyaan: menurut kamu, kenapa ya anak itu tidak mau ditinggal orang tuanya? Atau saat kita pergi ke restoran dan ada seorang balita yang terus menerus menangis, kita bisa bertanya pada anak kita: mengapa bayi itu menangis terus, ya?

Ada banyak momen dalam kehidupan sehari-hari yang bisa digunakan orang tua untuk melatih empati anak. Tinggal bagaimana kita sebagai orang tua memanfaatkan momen tersebut sebagai sumber pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana.

Penulis:

Mendidik adalah Mewariskan

Tinggalkan komentar