Diposkan pada Pendidikan

Kembali ke Poros: Strategi Kesepuluh The Whole-Brain Child

Dalam roda kesadaran yang diusulkan oleh Daniel J. Seligman, M.D. dan Tina Payne Bryson, Ph.D. disebutkan bahwa poros dari roda tersebut adalah konsep diri sang anak. Dari poros tersebut muncul “jeruji roda” yang terhubung ke emosi-emosi anak. Emosi yang beragam itu melingkupi konsep diri sehingga terkadang menutupi porosnya. Oleh karena itu strategi selanjutnya yang ditawarkan kedua penulis dalam buku The Whole-Brain Child adalah kembali ke poros.

Kembali ke poros berarti mengajak anak untuk menyadari siapa dirinya. Saat mengalami sensasi tertentu, anak diajak untuk fokus pada poros dirinya ketimbang tenggelam dalam sensasi yang muncul dan berujung pada emosi. Tentu ini tidak mudah bagi anak-anak yang otak bagian atasnya sedang mengalami perkembangan. Tetapi dengan latihan yang konsisten maka anak akan memiliki skil yang diharapkan dalam mengelola emosi saat mereka dewasa nanti.

Lanjutkan membaca “Kembali ke Poros: Strategi Kesepuluh The Whole-Brain Child”
Diposkan pada Pendidikan

Mengantar Nenek ke Tempat Peristirahatan Terakhir

Saya beruntung karena sebagai cucu yang letak geografisnya paling jauh, begitu mendapatkan kabar nenek meninggal, adik saya bergerak cepat mencarikan tiket. Pembelian tiket yang mendadak tentu berdampak pada jumlah tiket yang tersedia. Hanya 1 tiket. Maka saya menempuh perjalanan Jogja-Garut seorang diri.

Begitu sampai di rumah nenek, saya berbincang dengan paman saya yang pertama. Perbincangan itu pada intinya adalah sebuah amanat, sebagai keluarga yang ditinggalkan, kami sudah selayaknya “melanjutkan kebaikan yang pernah dilakukan, menambahkan apa yang masih kurang, dan meninggalkan apa yang tidak baik” dari almarhumah.

Lanjutkan membaca “Mengantar Nenek ke Tempat Peristirahatan Terakhir”
Diposkan pada Pendidikan

Rute Pulang yang Tidak Biasa: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Sore ini, saat menjemput Bintang di sekolah, dia meminta saya untuk melalui jalan “yang mau lewat lapangang”. Karena bingung, saya meminta Bintang untuk menunjukkan jalan. Dia menunjukkan jalan ke arah selatan menuju SDN Tuguran, lalu belok ke kanan menuju Ring Road Barat, lalu berbelok ke kiri menyusuri Ring Road Barat. Awalnya saya mengira Bintang ingin melewati Lapang Nogotirto yang terletak tidak jauh dari sekolahnya. Ternyata dia meminta aku untuk terus lurus ke selatan menyusuri Ring Road.

Karena beberapa kali bertanya ke arah mana, Bintang sempat protes. “Masa papa lupa, sih, jalannya?” Aku terkekeh, lalu memberitahu dia bahwa pertanyaanku bukan karena lupa jalan melainkan ingin mengonfirmasi ke arah mana jalan yang ingin dia lewati pulang sekolah kali ini. Karena permintaan mendadak ini menurut saya sangat tidak biasa. 

Mendekati perempatan Demak Ijo, saya kembali mengonfirmasi ke mana arah yang ingin dituju Bintang. Rupanya dia ingin berbelok ke kanan menuju Jalan Godean luar Ring Road. Untungnya saat itu lampu merah sedang menyala sehingga saya leluasa membelokkan motor menuju ke arah kanan. 

Setelah motor kembali melaju dan mendekati perempatan Candran, saya kembali mengonfirmasi kepada Bintang jalur mana yang ingin dia pilih. Apakah lurus kemudian berbelok di perempatan Sidomoyo? Atau langsung berbelok di perempatan Candran. Dia memilih berbelok ke kanan menuju Candran. Saat itulah saya mulai menebak jalan pikiran Bintang.

“Oh, kamu ingin lewat Salam Salim?”

Sambil malu-malu dia menjawab iya. 

Kabar Bahagia dari Salam Salim

Sejak berbelok di perempatan Candran, obrolan kami mulai terarah ke Salam Salim. Tempat Bintang pernah bermain dan belajar selama hampir 4 tahun. Terhitung sejak September 2019 saat usianya baru 2 tahun 2 bulan, hingga Juni 2023 menjelang usianya 6 tahun. Di sana lah Bintang bermain, belajar, mengenal berbagai macam hal, juga beberapa fasilitator pendamping. Yang berkesan buat Bintang di satu tahun terakhir proses belajarnya di Salam Salim adalah Kak Aisy.

Karena Bintang sengaja meminta melewati jalur itu untuk melewati Salam Salim, maka saat mendekati gang menuju Salam Salim saya kembali mengonfirmasi. “Mau lewat Salam Salim?” Dia mengangguk.Saya pun membelokkan motor ke gang itu. Lalu dari kejauhan melihat Bunda Laely (pemilik Salam Salim) beserta satu orang perempuan dan satu anak kecil baru keluar dari gerbang Salam Salim. Kami pun saling bertegur sapa, berbincang sebentar. Bunda Laely bahkan menawarkan kepada Bintang untuk ikut mabit hari jumat nanti. Salah satu proses belajar yang pernah Bintang lalui di sana saat Ramadhan tahun kemarin.

Saat itulah meluncur kabar dari Bunda Laely bahwa Kak Aisy sekarang sudah pulang. Pulang dalam arti boyong menuju kampung halamannya di Wonogiri. Pulang karena sudah bertemu dengan jodohnya dan akan segera melangsungkan pernikahan. Sebagai orang tua yang anaknya pernah didampingi, tentu saya berharap kepulangan Kak Aisy untuk membangun rumah tangga itu senantiasa mendapat limpahan rahmat dari Allah SWT. Saya selalu percaya: tidak ada hal lain yang dibutuhkan manusia di dunia ini selain Rahman Rahim Allah SWT.   

Dan saya merasa beruntung Bintang mengajak pulang dengan rute tidak biasa sore ini, karena kabar itu membawa kebahagiaan tersendiri untuk saya.

Diposkan pada Pendidikan

Memperhatikan SIFT: Strategi Kesembilan The Whole-Brain Child

Untuk mengembangkan kemampuan anak dalam mengorientasikan apa yang terjadi dalam lingkar Roda Kesadaran mereka, Daniel J. Siegel, M.D dan Tina Payne Bryson dalam buku mereka yang berjudul The Whole-Brain Child: 12 Strategi Revolusioner mendukung Perkembangan Otak Anak, mengajukan sebuah gagasan. Gagasan ini disingkat dengan SIFT.

Yang pertama adalah Sensation (sensasi). Sebagaimana kita ketahui bersama, emosi dan tubuh saling mempengaruhi. Saat muncul emosi tertentu, tubuh akan merasakan sensasinya. Misalnya, sensasi seperti ada kupu-kupu terbang di dalam perut saat sedang cemas. Atau, pundak yang terasa berat saat dilanda kesedihan. Dengan menyadari sensasi yang terjadi pada tubuh saat mengalami emosi tertentu, anak akan lebih mudah untuk mengenali emosi yang sedang mereka rasakan. Dengan demikian, anak akan lebih sadar tentang kondisi emosi mereka dan punya peluang lebih besar untuk mengelola emosinya.

Lanjutkan membaca “Memperhatikan SIFT: Strategi Kesembilan The Whole-Brain Child”
Diposkan pada Pendidikan

Perasaan Datang dan Pergi: Strategi Kedelapan The Whole-Brain Child

Di dalam buku The Whole-Brain Child: 12 Strategi Revolusioner Mendukung Perkembangan Otak Anak, Daniel J. Siegel, M.D. dan Tina Payne Bryson, Ph.D., mengenalkan secara singkat konsep Mindsight dan Roda Kesadaran. Mindsight merupakan konsep tentang kesadaran terhadap pikiran sendiri dan pikiran orang lain. sedangkan Roda Kesadaran adalah roda yang menggambarkan emosi-emosi yang melingkupi pusat kesadaran kita.

Dengan kesadaran akan pikiran kita sendiri yang diiringi kemampuan mengidentifikasi berbagai perasaan yang melingkupi kesadaran itu, orang tua diharapkan dapat memandu anak untuk dapat memilih perasaan mana yang akan menjadi pusat perhatian dari kesadaran. Misalnya, ketika seorang anak menggambar Roda Kesadaran dengan 5 perasaan yang melingkupi (gugup, cemas, takut, antusias, penasaran) maka orang tua bisa memandu anak untuk memilih satu perasaan yang ingin diperhatikan. Alih-alih fokus pada gugup dan cemas, anak bisa memilih antusias sebagai perasaan utama yang ingin dia tunjukkan.

Lanjutkan membaca “Perasaan Datang dan Pergi: Strategi Kedelapan The Whole-Brain Child”
Diposkan pada Pendidikan

Daftar Keinginan Bintang di Kelas 1 SD: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Pulang sekolah dengan suasana hati gembira Bintang meminta saya untuk membuka buku catatan berwarna merah. Mamanya yang sudah terlebih dahulu diceritakan, memberikan bocoran bahwa apa yang ditulis di buku catatan berwarna merah itu adalah daftar keinginan Bintang. Untuk memenuhi permintaan Bintang sekaligus membayar rasa penasaran, saya pun mengambil buku catatan dari tas sekolahnya.

Di halaman yang dimaksud saya menemukan tulisan rapi khas anak kelas 1 SD yang belum genap berusia 7 tahun itu. Menggemaskan membaca bagaimana seorang anak kecil, dengan berbagai informasi dan interaksi yang didapatkannya selama ini, menuliskan berbagai macam keinginan. Yang mengharukan adalah daftar keinginan yang ditulisnya tidak mencerminkan daftar keinginan anak kelas 1 SD pada umumnya. Jika rata-rata anak kelas 1 SD mungkin memikirkan mainan atau jajanan, dia menuliskan beberapa keinginan yang membuat kami sebagai orang tua terharu.

Berikut daftar keinginan yang dituliskan Bintang:

  1. Ingin rumah tingkat 2
  2. Ingin mobil Pajero Sport
  3. Ingin pergi ke Palsetina soalnya pengen ke Masjid Aqsa
  4. Mau ke Sumatera soalnya itu masa kecilku
  5. Mau punya mobil kontrol biar aku bisa main di luar

Sedikit Konteks

Keinginan rumah tingkat 2 menurut perkiraan saya muncul karena rumah neneknya di garut dan rumah mbahnya di Temanggung sama-sama rumah 2 lantai. Keinginan punya rumah ini juga tidak terlepas dari pemahaman dia tentang status rumah yang kami tempati. Tempo hari kami pernah menceritakan kepadanya bahwa rumah yang kami tempati adalah rumah kontrakan, yaitu rumah milik orang lain yang ditempati dengan cara membayar biaya tertentu.  

Mobil Pajero Sport sebenarnya adalah keinginan mamanya. Sewaktu tinggal di Lampung Timur dulu, di daerah yang notabene adalah pesisir yang jauh dari pusat kota, kami acap kali melihat mobil Pajero Sport dan Fortuner berseliweran. Kedua mobil satu tipe beda pabrikan itu menjadi simbol kesuksesan bagi warga di sana. Hal itu membekas dalam benak Mama Bintang dan sekarang diwariskan kepada Bintang. 

Konflik Israel-Palestina yang memanas sejak serangan 7 Oktober 2023 membuat Bintang mengenal negara Palestina. Dari berbagai video youtube yang dia tonton, dia jadi tahu bahwa Palestina adalah tanah para nabi, di sana terdapat sebuah masjid yang pernah menjadi kiblat umat islam, dan karenanya dia ingin berkunjung ke sana. 

Sebenarnya Bintang meninggalkan Sumatera, lebih tepatnya Lampung Timur, di usianya yang baru menginjak 23 bulan. Saat itu rejeki menuntun kami pindah domisili ke Sleman, DIY. Di usia seperti itu pastinya dia belum punya ingatan apapun tentang tempat tinggalnya. Yang tersisa dari kenangannya di sana adalah boneka gajah yang dibelikan mamanya saat berusia 15 bulan. Boneka gajah yang tak pernah lepas dari pelukannya. Bahkan sampai sekarang, setelah menginjak kelas 1 SD, boneka gajah itu tetap menemani dia tidur dan berangkat sekolah.

Apa yang Bintang tahu tentang Sumatera hanyalah ingatan kami yang kami ceritakan padanya, termasuk ingatan tentang bus Rosalia Indah yang menginspirasi dia untuk menamai adiknya nanti. Meskipun dia tidak mengingat apapun tentang tempat tinggalnya selama hampir 2 tahun itu, suatu hari nanti saya berharap bisa membawa Bintang ke sana untuk sekedar nostalgia. Tak peduli tempat itu mungkin sudah berubah banyak. Tapi bagi saya, dia tetap perlu mengetahui untuk sekedar memaknai perjalanan hidupnya.

Adapun mobil remote control, saya tidak tahu persis dari mana dia mendapatkan ide itu. Mungkin dari salah satu video youtube yang ditontonnya. 

Diposkan pada Pendidikan

Sejenak Menangis Sebelum Melanjutkan Hidup: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Pagi ini hujan deras turun sejak sebelum subuh. Salah satu dampak yang paling terasa adalah hawa kantuk yang kembali melanda. Apa daya, selepas shalat subuh, saya tergoda untuk kembali menarik selimut. Mengabaikan fakta bahwa hari ini adalah hari aktif bekerja. 

Hujan masih lumayan deras saat saya terbangun 20 menit selepas pukul 6 pagi. Di sofa Bintang sudah duduk dan menagih sarapan pagi. Karena hawa yang tak mendukung, saya sedikit berleha-leha. Akibatnya, saya dan Bintang baru meluncur dari rumah pada jam yang sama seharusnya dia masuk kelas. Dengan kata lain: kami sudah sangat terlambat.

Lanjutkan membaca “Sejenak Menangis Sebelum Melanjutkan Hidup: Nuansa Hidup Nuansa Bintang”
Diposkan pada Pendidikan

Kegiatan Mengenang sebagai Kegiatan Keseharian: Strategi Ketujuh The Whole-Brain Child

Selain untuk mengintegrasikan memori implisit dan eksplisit, mengenang kembali kejadian yang telah berlalu dapat dijadikan kegiatan sehari-hari. Itulah yang disarankan oleh Daniel J. Siegel, M.D. dan Tina Payne Bryson dalam buku mereka yang berjudul The Whole-Brain Child: 12 Strategi Revolusioner Mendukung Perkembangan Otak Anak. Mereka mempersamakan memori dengan otot: semakin sering dilatih maka akan semakin kuat.

Oleh karena itu keduanya menyarankan agar para orang tua sering-sering mengingat untuk mengingat. Artinya, sesering mungkin mengingatkan diri agar mengenang kembali kejadian-kejadian yang telah berlalu. Menceritakan kembali kenangan yang sudah berlalu dalam konteks masa kini yang sudah berbeda membuat anak memaknai kembali apa yang pernah mereka alami. Pemaknaan baru ini tentunya dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap diri mereka sendiri, yang berdampak pada kemampuan otak atas untuk mengontrol otak bawah. Berikut beberapa cara praktis yang ditawarkan kedua penulis.

Mengajukan Pertanyaan

Pertanyaan yang diajukan tidak harus hal yang rumit. Cukup pertanyaan sederhana yang fokus pada detail kejadian sehari-hari. Misalnya, siapa saja teman sekelas kamu yang sudah datang saat kamu tiba di kelas? Atau detail lain seperti, saat giliran membaca cerita, siapa yang paling tertarik dengan cerita kamu?Mengingat fakta dan informasi yang detail meskipun sepele bisa membantu anak untuk mengembangkan kemampuan mengingat kejadian. Selain itu, satu fakta kecil yang diingat dalam satu hari tersebut bisa saja mengarah pada fakta-fakta lain yang awalnya tidak diperhatikan.

Jurnalling

Untuk anak-anak yang sudah beranjak remaja, orang tua bisa mendorong anak-anak menulis jurnal. Menulis jurnal bagi anak remaja lebih disarankan saat mereka merasa ragu atau belum mau terbuka sepenuhnya kepada orang tua. Dengan jurnal ini anak bisa sepenuhnya terbuka tanpa merasa takut atau malu.

Permainan Kreatif

Saat kita menemukan kesulitan memancing anak bercerita, kita bisa menggunakan berbagai macam permainan kreatif sebagai salah satu sarana. Misalnya, bermain gunting-batu-kertas dengan ketentuan yang kalah harus menyebutkan 3 hal paling menarik yang terjadi di hari tersebut. Atau bermain tebak-tebakan dan yang kalah diminta menceritakan kesulitan yang dihadapi di hari tersebut. Ada banyak alternatif permainan lain yang bisa dipadukan untuk membuat kegiatan bercerita lebih menyenangkan.

Sebagai orang tua, kita dituntut untuk sedikit lebih kreatif.

Album Kenangan

Untuk event-event spesifik yang sekiranya layak untuk dikenang, membuat album foto atau video bisa menjadi alat yang bagus dalam mengenang memori. Misalnya, hari pertama sekolah, hari pertama berangkat sendiri ke sekolah, hari pertama ekskul, hari pertama mengikuti kompetisi, hari menjadi juara di sebuah kompetisi dan lain-lain. Album video dan foto bisa tersimpan lebih rapi dan dapat kita buka sewaktu-waktu saat kita membutuhkan.

Kadang yang dibutuhkan hanyalah percikan kecil kenangan. Dan kita bisa memahami diri kita lebih baik lagi.

Diposkan pada Pendidikan

Pertanyaan Hipotetik Menolak Ajakan Merokok

Saat menyusun soal Penilaian Akhir Semester untuk kelas 8, saya tertarik untuk mengubah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada murid. Format pertanyaan saya buat dalam bentuk jawaban uraian. Sedangkan konten pertanyaan dibuat sedemikian rupa agar murid tidak langsung bisa menjawab hanya dengan mengandalkan informasi yang pernah mereka dapatkan dalam pembelajaran.

Misalnya, ketika membahas organ pernapasan manusia, terdapat informasi tentang pita suara. Informasi tersebut menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki pita suara yang berbeda-beda dalam panjang, lebar, dan tebalnya. Faktor inilah yang menyebabkan manusia memiliki suara yang khas, berbeda satu sama lain. Akan tetapi, ada orang-orang yang bisa meniru suara orang lain. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Lanjutkan membaca “Pertanyaan Hipotetik Menolak Ajakan Merokok”
Diposkan pada Pendidikan

Celengan Bintang Kebaikan: Nuansa Hidup Nuansa Bintang

Beberapa waktu yang lalu guru kelas Nuansa Bintang memberi info bahwa setiap anak harus membawa botol minum kemasan ukuran 600 ml. Dalam pemberitahuan tersebut dijelaskan bahwa botol minum tersebut akan digunakan untuk membuat Celengan Bintang Kebaikan.

Konsep sederhana di balik program Celengan Bintang Kebaikan adalah setiap satu kebaikan yang dilakukan anak akan mendapatkan satu bintang yang dimasukkan ke dalam celengan. Beberapa kebaikan yang bisa dilakukan di rumah misalnya mandi sendiri, makan sendiri, bangun tidur tepat waktu, mengerjakan pendalaman materi, dan seterusnya. Beberapa kebaikan di sekolah misalnya tidak datang terlambat, menjalankan tugas piket, taat aturan, dan seterusnya. Kebaikan yang dilakukan di sekolah dan di rumah seperti shalat wajib 5 waktu dan tikror hafalan.

Siapapun yang berkecimpung di dunia pendidikan tentu pernah melakukan konsep seperti ini. Menggunakan motivasi eksternal berupa hadiah atau apresiasi untuk meningkatkan kemauan anak dalam melakukan sesuatu. Memang, idealnya motivasi anak dalam melakukan sesuatu harus berasal dari dalam dirinya sendiri, bukan atas iming-iming dari orang lain. Kita sebut motivasi ini sebagai motivasi internal.

Lanjutkan membaca “Celengan Bintang Kebaikan: Nuansa Hidup Nuansa Bintang”