Diposkan pada Pendidikan

Memutar Memori: Strategi Keenam The Whole-Brain Child

Salah satu fungsi otak adalah untuk menyimpan memori. Memori yang tersimpan di otak kita sewaktu-waktu bisa muncul kembali, baik secara sadar maupun tidak sadar. Misalnya, secara sadar kita mencoba mengingat rumus fisika untuk menyelesaikan permasalahan Hukum Kedua Newton. Sedangkan secara tidak sadar kita sebenarnya sedang menggunakan memori kita ketika mengayuh sepeda tanpa jatuh. Cara mengambil memori secara sadar disebut memori eksplisit, sedangkan cara mengambil memori tanpa sadar disebut memori implisit.

Contoh yang lebih relevan: ketika kita mengingat bagaimana pertama kali mengganti popok, itu berarti kita sedang mengakses memori eksplisit; ketika kita mengganti popok bayi tanpa perlu mengingat bagaimana caranya mengganti popok bayi, berarti kita sedang mengakses memori implisit.

Yang biasa kita bahasa ketika sedang membicarakan memori sebagian besar adalah memori eksplisit. Yaitu mengingat momen ketika kita mengalami sesuatu. Sementara itu memori implisit jarang dibicarakan karena tersimpan jauh di alam bawah sadar sadar. Padahal, memori implisit inilah uang sering kali berpengaruh pada kondisi emosional kita.

Daniel J. Siegel, M.D. dan Tina Payne Bryson dalam buku berjudul The Whole-Brain Child: 12 Strategi Revolusioner Mendukung Perkembangan Otak Anak membahas bagaimana kita sebagai orang tua bisa membantu anak mengatasi tantangan emosional yang disebabkan oleh memori implisit.

Remote Control Pikiran

Kedua penulis mengenalkan istilah remote control pikiran untuk merujuk pada proses seseorang memutuskan mana yang ingin diputar lambat, diputar cepat, bahkan dilewati, saat seseorang mengakses memori mereka. Mereka menggambarkan pikiran sebagai pemutar dvd sementara keinginan kita untuk pause, play, fast forward, dan lain-lain sebagai remote control pikiran.

Di dalam buku tersebut disajikan cerita tentang seorang anak yang tidak mau mengikuti kejuaraan balap mobil kayu. Sang ayah yang tahu anaknya sangat ingin mengikuti kejuaraan itu terkejut. Dia pun mencoba mencari tahu alasannya. Setelah beberapa hari berdiskusi, akhirnya sang ayah tahu bahwa anaknya mengalami kejadian traumatis sekitar 6 bulan sebelumnya.

Kejadian tersebut sebenarnya tidak langsung berhubungan dengan mobil balap kayu. Tetapi memiliki urutan sebagai berikut: pisau lipat, akar pohon, teman tertusuk pisau lipat, bersimbah darah, muncul perasaan takut ketika berhadapan dengan perkakas dan kayu. Sang ayah yang mengetahui gagasan tentang remote control pikiran kemudian mengajak anaknya untuk mendiskusikan kembali kejadian tersebut.

Play, Pause, Fast Forward, Backward

Sang ayah meminta ijin kepada anaknya untuk menceritakan kembali kejadian pada hari itu sesuai dengan apa yang pernah diceritakan oleh anaknya. Awalnya sang anak menolak. Tetapi ayahnya memastikan bahwa, seperti halnya remote control, anaknya boleh meminta dia berhenti bercerita atau melewati bagian yang tidak ingin diceritakan.

Sang ayah kemudian bercerita. Pada kesempatan pertama, anaknya meminta dia melewati beberapa bagian yang tidak ingin diingat. Di kesempatan kedua, anaknya sudah mulai berani mengoreksi beberapa bagian cerita yang menurutnya kurang sesuai. Di kesempatan berikutnya, anaknya bahkan sudah berani mendengarkan bagian cerita yang sebelumnya dilewati karena terlalu menyakitkan.

Tentu saja karena ini adalah cerita ilustrasi maka segala sesuatunya terlihat berjalan dengan lancar. Padahal di dunia nyata kejadiannya tidak pernah semudah itu. Meskipun remote control pikiran ini tampak seperti konsep yang baru, sebenarnya gagasan utamanya adalah memutar kembali memori melalui cerita. Dan seperti pernah dibahas sebelumnya, cerita memiliki kekuatan untuk mengintegrasikan otak kanan dan otak kiri.

Di sini, cerita bertugas untuk mengintegrasikan memori eksplisit dengan memori implisit.

Penulis:

Mendidik adalah Mewariskan

Tinggalkan komentar