Diposkan pada Pendidikan

Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Si Paling Sopan

Pulang dari sekolah hari itu Bintang membawa sebuah plakat sederhana bertuliskan: Nuansa, Yang Paling Sopan. Sejujurnya saya kaget. Pun dengan istri saya. Siapa yang menyangka anak yang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, jarang bersosialisasi, hanya kenal ibu bapaknya saja, yang membuat dia jarang terlibat dalam berbagai macam situasi sosial, ternyata di tempat lain (baca: sekolah) justru diapresiasi sebagai anak paling sopan di kelas.

Sebagai orang tua, secara eksplisit kami jarang menggurui tentang sopan santun. Sehingga, kami beranggapan bahwa dia mendapatkan pendidikan sopan santun, akhlak dan etika, pastilah dari sekolahnya. Semasa balita dulu, ikut bermain dan belajar di Salam Salim, kami menyaksikan bagaimana nasihat dari gurunya justru lebih melekat daripada nasihat dari kami.

Misalnya, setelah mendapatkan penjelasan dari gurunya bahwa kalau lewat di depan orang harus permisi, dia bercerita, “Mama, kata Kak Ais, kalau kita mau lewat di depan orang, kita harus bilang permisi,ya?” Atau setelah mendapatkan materi tentang mencintai makhluk ciptaan Allah, dia akan bercerita, “Mama, semut itu ciptaan Allah, ya? Kita harus sayang, ya, sama ciptaan Allah?” Dan beberapa contoh lain yang serupa.

Kerja Sama Guru dan Orang Tua

Sebagai guru, saya pernah mempelajari tentang tri sentra pendidikan yang digagas Ki Hadjar Dewantara. Menurut beliau, terdapat tiga sumber utama pendidikan dan pengajaran anak, yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat. Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas bagi anak, ketiganya harus bersinergi.

Dalam konteks cerita Bintang, saya beralih ke sudut pandang orang tua yang merasa bahwa guru memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak. Jika saya membagi dunia sekolah menjadi 2 bagian besar, yaitu pendidikan dan pengajaran, maka pengaruh terbesar guru menurut saya terletak pada bagian pendidikan.

Saya mengelompokkan pendidikan sebagai semua kegiatan interaksi antara guru dan murid, baik di kelas maupun di luar kelas, yang menekankan pada aspek sikap, karakter, akhlak, kepribadian dan hal-hal lain yang bersifat non akademik. Sementara bagian pengajaran lebih fokus pada proses penyampaian materi pelajaran di dalam kelas. Bagi saya, pengajaran terbatas pada hal-hal akademik, sedangkan pendidikan memiliki jangkauan yang luas meliputi segala hal selain aspek akademik.

Pendidikan anak usia dini harusnya menekankan pada aspek pendidikan. Anak tidak perlu dibebani berbagai pengetahuan, cukup dengan sesering mungkin bermain. Karena dalam proses bermain itu mereka belajar dengan cara mengalami. Dengan bermain mereka belajar menempatkan diri dalam dinamika sosial. Dengan bermain mereka belajar bagaimana bernegosiasi. Dengan bermain mereka belajar bagaimana mengelola perasaan saat menang maupun kalah.

Di sinilah pentingnya orang tua selalu berkomunikasi dengan guru. Setelah memasuki lembaga pendidikan, peran mendidik yang diemban orang tua terbagi dengan guru. Dengan kata lain, guru adalah partner bagi orang tua untuk mendidik anak. Bukan sekedar orang yang “dititipi dan dipasrahi” kemudian orang tua terima jadi.

Salah satu hal sederhana yang kami lakukan dalam berpartner dengan guru-guru Bintang sejak dia memasuki lembaga pendidikan di usia 2 tahun adalah dengan menguatkan kembali apa yang dia dapatkan dari sekolah. Sebagai orang tua yang bekerja sebagai guru, saya memilih untuk tidak banyak merepotkan guru-guru Bintang dengan berbagai pertanyaan atau permintaan. Pendekatan kami dalam membangun kerja sama dengan guru dalam mendidik anak lebih berpusat pada anaknya: setiap kali dia mendapatkan pendidikan baru dari sekolah, kami akan membahas dan mengulang-ulang hal itu kepada Bintang.

Misalnya tentang sopan santun. Pada saat akan menghadiri acara keluarga, sebelum berangkat kami membahas dulu topik sopan santun. Kadang melalui pertanyaan, seperti: kalau ada orang duduk terus kita lewat di depannya, kita harus bilang apa? Di tempat acara, ketika dia mau melewati banyak orang, kami sering berpesan dengan suara pelan dan didekatkan ke telinganya: kalau mau lewat di depan orang, bilang permisi, ya.

Tentunya banyak cara lain yang bisa dilakukan orang tua untuk menguatkan proses pendidikan anak di rumah agar sejalan dengan apa yang telah diberikan guru di sekolah. Dengan sinergi seperti ini, bukan tidak mungkin anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Gagasan intinya: guru adalah partner orang tua dalam mendidik anak.

Penulis:

Mendidik adalah Mewariskan

Satu tanggapan untuk “Nuansa Hidup Nuansa Bintang: Si Paling Sopan

Tinggalkan komentar